BPS Gereja Toraja Ajak Ritwan Tinggal di Panti Asuhan Kristen Tangmentoa

Pendeta Alfred Anggui mengaku sangat tersentuh melihat kehidupan Ritwan yang hidup menderita.

Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Muh. Irham
Tribun Toraja/Richdwan Abbas
Ritwan, siswa SMP Negeri 1 Masanda 

TRIBUNTORAJA.COM - Kisah Ritwan (15) bocah di Masanda, Tana Toaraja, yang harus bekerja serabutan demi bertahan hidup, mendapat perhatian dari Ketua Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja, Pendeta Alfred Anggui.

Pendeta Alfred Anggui mengaku sangat tersentuh melihat kehidupan Ritwan yang hidup menderita.

Ia berharap Ritwan mau tinggal di Rumah Harapan Panti Asuhan Kristen Tangmentoa di Tagari agar kehidupannya lebih baik. 

"Yang jelas, Rumah Harapan-Panti Asuhan Kristen Tagari, sangat terbuka," ucapnya.

"Saat ini ada sekitar 40 anak-anak yang tinggal di sana. Gereja Toraja sangat bersukacita jika ananda Ritwan berkenan," tuturnya.

Ia juga mengatakan bahwa sudah berkoordinasi dengan Ketua Yayasan PAK Tagari.

"Saya sudah menghubungi d Ketua Yayasan PAK Tagari, dr Hendrik Kala Timang, terkait hal ini, tidak ada bayaran sedikitpun, intinya ini murni digerakan oleh kasih," tutupnya.

Diketahui bahwa, Ritwan merupakan warga Ranteada Lembang Paku, Kecamatan Masanda, Tana Toraja yang hidup di bawah ambang batas kemiskinan. Ia ditinggal pergi kedua orang tuanya sejak bayi.

Remaja malang yang baru saja lulus dari SMPN 1 Masanda itu bekerja serabutan karena tante tempatnya menggantungkan nasib juga hidup pas-pasan.

Sejak kecil ia tinggal bersama tantenya karena ia tidak mengetahui orang tuanya berada dimana.

Sebelumnya, Ritwan mengatakan kepada Tribun Toraja, saat ditemui di sebuah gubuk reot tempatnya tinggal saat ini di daerah Masanda, Senin (19/6/2023) siang.

Meski begitu, keadaan Ritwan yang hidup dalam keterpurukan luput dari perhatian pemerintah.

Untuk menyambung hidup ia terpaksa berkerja serabutan. Terkadang membawa rumput untuk makanan kerbau orang. Di hari libur, ia jadi kuli bangunan.

"Kalau hari libur biasa saya pergi bantu-bantu orang angkat kayu angkat batu atau pasir, jadi kuli bangunan kak. Biasa juga saya pergi bawakan orang rumput. Dari situ saya dapat uang. Biasanya saya tabung untuk beli seragam sekolah. Sebagian lagi untuk makan," ungkap Ritwan.

Keadaan semakin tidak memihak dan menyulitkan Ritwan saat data dirinya dinyatakan bermasalah sehingga bantuan program keluarga harapan (PKH) tidak bisa dicairkan.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved