Nyepi

Hari Raya Nyepi Hanya Dirayakan Umat Hindu di Bali, Ini Maknanya

Khusus di Provinsi Bali, selama perayaan Nyepi, tidak ada kendaraan yang berlalu-lalang, tidak ada lampu yang menyala, tidak ada suara yang terdengar.

Penulis: Redaksi | Editor: Muh. Irham
ist
Hari Raya Nyepi 

Di sisi lain, melansir kompas.com, Selasa (21//3/2023), umat Hindu di negara lain biasanya merayakan tahun baru berdasarkan kalender Vikram Samvat yang dimulai pada tahun 57 SM dan memiliki perbedaan 135 tahun dengan kalender Masehi.

Tahun baru Vikram Samvat jatuh pada bulan Chaitra (Maret-April) dan dirayakan dengan nama-nama yang berbeda-beda seperti Ugadi, Gudi Padwa, Cheti Chand, Navreh, Baisakhi, Puthandu, Vishu, Pohela Boishakh, Bihu, Songkran, Thingyan, Aluth Avurudda dan Sinhala Tamil New Year.

Dampak Nyepi bagi Bali

Nyepi tidak hanya memiliki makna religius bagi umat Hindu di Bali, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan pariwisata Bali.

Dengan adanya Nyepi, polusi udara dan suara di Bali dapat berkurang secara signifikan karena tidak ada aktivitas transportasi, industri, atau hiburan selama 24 jam.

Hal ini juga membuat langit Bali menjadi lebih gelap dan bintang-bintang menjadi lebih terlihat.

Selain itu, Nyepi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun asing yang ingin merasakan suasana Bali yang berbeda dari biasanya.

Banyak hotel dan villa yang menawarkan paket menginap khusus untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh dan menikmati ketenangan Nyepi.

Beberapa hotel bahkan menyediakan fasilitas meditasi, yoga, atau spa untuk memanjakan tamunya.

Nyepi juga menjadi kesempatan bagi masyarakat Bali untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan tetangga serta merefleksikan diri mereka sendiri.

Dengan begitu, mereka dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara rohani maupun sosial.(*)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved