4 Dampak Buruk Program Makan Bergizi Gratis, P2G Desak Moratorium MBG

Kasus keracunan yang dialami ribuan siswa di berbagai daerah menunjukkan lemahnya pengawasan kualitas makanan yang disediakan.

Editor: Imam Wahyudi
Tribun Jabar/ M Rizal Jalaludin
KERACUNAN MAKANAN - Pelajar SMK Doa Bangsa, Kabupaten Sukabumi, Jabar, saat dirawat di IGD RSUD Palabuhanratu, Rabu (24/9/2025) malam. Mereka diduga keracunan makanan sudah menyantap menu MBG. 

TRIBUNTORAJA.COM - Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mendesak pemerintah menghentikan sementara atau moratorium program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Koordinator Nasional (Kornas) P2G, Satriwan Salim, menilai program tersebut menimbulkan banyak persoalan yang harus dievaluasi total.

Salah satunya kasus keracunan massal siswa di sejumlah daerah.

“P2G meminta MBG dimoratorium, bukan dihentikan permanen. Program makan bergizi ini memang diterapkan di banyak negara maju maupun berkembang. Tapi dalam pelaksanaannya di Indonesia, perlu evaluasi menyeluruh mulai dari produksi, lembaga penyedia, hingga distribusi,” kata Satriwan, Kamis (25/9/2025).

Menurut P2G, ada empat dampak buruk yang muncul akibat implementasi MBG di sekolah.

Pertama, banyak siswa keracunan.

Kasus keracunan yang dialami ribuan siswa di berbagai daerah menunjukkan lemahnya pengawasan kualitas makanan yang disediakan.

Kedua, guru terbebani.

Guru di sekolah penerima MBG harus ikut bertanggung jawab atas alat makan.

Jika hilang atau rusak, mereka diminta mengganti.

Selain itu, guru juga harus mendampingi siswa saat makan, sehingga menambah beban kerja.

Ketiga, omzet kantin sekolah menurun.

Banyak laporan masuk ke P2G dari pengelola kantin sekolah.

Omzet mereka anjlok drastis karena siswa tidak lagi membeli makanan di kantin, melainkan menerima jatah makan dari penyedia MBG.

Keempat, waktu belajar mengajar terganggu.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved