Mekanisme umumnya menggunakan kabel baja, katrol, dan dinamo/mesin listrik.
Gondola Tradisional di Indonesia (Swadaya)
Di beberapa daerah pedalaman Indonesia, termasuk di Dusun Makmur, Sulawesi Selatan serta di Pulau Kalimantan, hingga Papua, masyarakat membangun gondola manual sederhana sebagai alternatif jembatan.
Biasanya terbuat dari besi, kayu, atau rakitan sederhana yang ditarik secara manual dengan tali.
Fungsinya untuk menyeberangi sungai deras yang sulit dibangun jembatan permanen karena faktor biaya dan akses.
Jadi, secara global gondola berawal dari perahu di Venesia, lalu istilah ini berkembang menjadi kereta gantung untuk transportasi pegunungan, dan di Indonesia sering merujuk pada alat transportasi gantung sederhana untuk menyeberangi sungai.
Kondisi Dusun Makmur
Dusun Makmur berada di dataran tinggi dengan kondisi geografis pegunungan dan dikelilingi hutan.
Akses jalan menuju dusun masih terbatas, banyak jalan berbatu dan tanah yang sulit dilalui saat hujan.
Tidak ada jembatan permanen untuk menyeberangi sungai sepanjang 400 meter yang memisahkan dusun ini dengan wilayah seberang.
Sebagai alternatif, warga membangun gondola manual dari swadaya masyarakat untuk menyeberang.
Gondola ini menjadi satu-satunya akses bagi pelajar dan warga ke seberang sungai saat air sungai meluap.
Penduduk Dusun Makmur mayoritas bekerja sebagai petani dan pekebun.
Sebagian kecil menjadi buruh tani dan pekerja informal.
Hasil bumi dijual ke pasar di kecamatan, dengan mengandalkan gondola untuk menyeberangi sungai.
Desa Bonto Manurung memiliki luas wilayah 40,55 km⊃2; dan jumlah penduduk sebanyak 1.379 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 34,01 jiwa/km⊃2; pada tahun 2017.
Pusat pemerintahan desa ini berada di Dusun Sejahtera.(nurul)