TRIBUNTORAJA.COM – World Economic Forum (WEF) mengungkapkan bahwa pekerjaan administratif dan kesekretariatan menjadi yang paling terdampak oleh adopsi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi dalam beberapa tahun ke depan.
Laporan Future of Jobs 2025 yang dirilis WEF memproyeksikan penurunan signifikan pada sejumlah profesi hingga tahun 2030.
Dalam laporan tersebut, petugas pos, teller bank, dan petugas entri data disebut akan mengalami penyusutan terbesar secara global.
“Pekerja administratif dan kesekretariatan termasuk kasir, petugas tiket, asisten administrasi, dan sekretaris eksekutif diperkirakan akan mengalami penurunan terbesar,” tulis WEF dalam rilisnya.
Survei dilakukan terhadap 1.043 perusahaan di seluruh dunia yang mewakili lebih dari 14 juta pekerja.
Baca juga: Kecerdasan Buatan Milik Elon Musk, Grok AI Bikin Geger usai Puji Hitler dan Bela Palestina
15 Pekerjaan yang Diproyeksikan Paling Terdampak AI
- Petugas Pos (-40 persen)
- Teller Bank (-35 persen)
- Petugas Entri Data (-34 persen)
- Asisten Administrasi (-34 persen)
- Sekretaris Eksekutif dan Administratif (-33 persen)
- Petugas Gudang dan Pengelola Barang (-32 persen)
- Tenaga Telemarketing (-30 persen)
- Sekretaris Hukum (-30 persen)
- Kasir dan Petugas Tiket (-29 persen)
- Penerima Tamu dan Asisten Informasi (-29 persen)
- Pekerja Data dan Informasi (-28 persen)
- Pekerja Kantor Umum (-27 persen)
- Desainer Grafis (-26 persen)
- Pekerja Admin Sumber Daya Manusia (-25 persen)
- Pekerja Layanan Konsumen (-24 persen)
Baca juga: Sosok Andi Nataziah, Corcom IOH Kalisumapa yang Jadikan AI Asisten Kerja
Perubahan Lanskap Tenaga Kerja Global
WEF mencatat bahwa transformasi teknologi diperkirakan memengaruhi 22 persen dari total pekerjaan pada periode 2025–2030.
Dampak tersebut meliputi penciptaan 170 juta pekerjaan baru dan hilangnya 92 juta pekerjaan, sehingga menghasilkan pertumbuhan bersih sekitar 7 persen atau 78 juta pekerjaan.
Baca juga: Roadmap AI Indonesia Bakal Rampung Juni 2025, Menkomdigi: Fokus pada Etika dan Labeling Konten
Selain itu, beberapa faktor yang turut mempercepat perubahan ini antara lain:
- Akses digital yang meluas (60 persen pemberi kerja)
- Kemajuan AI dan pemrosesan informasi (86 persen)
- Robotika dan otomatisasi (58 persen)
- Perubahan demografi
- Ketegangan geopolitik dan fragmentasi geoekonomi (34 persen)
- Perubahan iklim yang mendorong permintaan energi terbarukan dan spesialis kendaraan listrik
Baca juga: Mata Pelajaran AI dan Coding Bakal Diterapkan di Sekolah
WEF juga memperkirakan bahwa dua perlima keterampilan pekerja saat ini akan usang pada tahun 2030.
Keterampilan yang akan paling dibutuhkan mencakup analytical thinking, AI dan big data, jaringan dan keamanan siber, serta literasi teknologi.
Sebanyak 85 persen perusahaan berencana memprioritaskan pelatihan ulang tenaga kerja, sementara 40 persen perusahaan memproyeksikan akan mengurangi staf di posisi yang berpotensi diotomatisasi.
(*)