Iran Ancam Tutup Selat Hormuz Usai Diserang AS, Indonesia Terancam 3 Krisis Sekaligus
Menurutnya, harga minyak mentah dunia langsung melonjak dari 78 dolar AS menjadi 80 dolar AS per barel hanya dalam sehari.
TRIBUNTORAJA.COM - Iran mengancam menutup Selat Hormuz setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025).
Selat strategis ini merupakan jalur vital pengiriman minyak dunia, menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab, dan hanya selebar 33 km di titik tersempit, dengan lebar jalur pelayaran efektif hanya 3 km di tiap arah.
Ancaman ini langsung mengguncang pasar energi global.
Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, menilai konflik ini akan berdampak jauh lebih luas dari sekadar korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.
“Sekitar 20 persen suplai minyak global melewati Selat Hormuz. Jika ditutup, dampaknya bisa sangat serius,” kata Achmad, Senin (23/6/2025).
Menurutnya, harga minyak mentah dunia langsung melonjak dari 78 dolar AS menjadi 80 dolar AS per barel hanya dalam sehari.
Jika konflik berlanjut, harganya diprediksi bisa menyentuh 110 dolar AS per barel dalam seminggu, bahkan bisa melonjak hingga 150–170 dolar AS jika Iran benar-benar memblokir Selat Hormuz.
Achmad menilai situasi ini bisa memicu efek domino global, seperti inflasi melonjak, biaya logistik naik, tekanan fiskal meningkat, dan resesi mengancam.
Negara pengimpor energi seperti Indonesia akan sangat terpukul.
Potensi Perang Regional dan Krisis Global
Achmad juga memperingatkan bahwa serangan AS ke Iran bisa memperluas konflik di Timur Tengah.
Ia menyoroti pernyataan kelompok Houthi di Yaman yang siap menyerang kapal AS, serta potensi eskalasi dari Hizbullah di Lebanon dan milisi Syiah di Irak, Suriah, dan Afghanistan.
“Ini bukan lagi perang dua negara, tapi bisa menjadi perang regional penuh,” tegasnya.
Jika kawasan Timur Tengah memanas, dampaknya akan mengguncang pasar global.
Investor akan menarik dana ke aset aman seperti emas dan dolar AS.
Gangguan jalur logistik, seperti Terusan Suez dan jalur Asia-Afrika, juga akan memperparah krisis rantai pasok dunia.
“Krisis kali ini bisa lebih parah dari 2008. Harga pangan dan kebutuhan pokok melonjak, memperparah kelaparan dan tekanan sosial di banyak negara,” ungkapnya.
Indonesia Terancam 3 Krisis Sekaligus
Bagi Indonesia, situasi ini bisa memicu krisis di tiga sektor sekaligus, yakni fiskal, moneter, dan sosial.
Fiskal: Lonjakan harga energi akan membebani APBN karena meningkatnya subsidi BBM, listrik, dan LPG.
Moneter: Inflasi dan depresiasi rupiah bisa memaksa Bank Indonesia menaikkan suku bunga, memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Sosial: Kenaikan harga kebutuhan pokok bisa memicu keresahan publik, terutama di kalangan menengah ke bawah.
Achmad meminta pemerintah tidak tinggal diam.
Ia menekankan pentingnya kebijakan yang antisipatif, termasuk diversifikasi energi dan diplomasi aktif di forum internasional.
“Ketergantungan pada minyak impor harus dikurangi. Pemerintah harus bersuara untuk menghentikan eskalasi ini,” tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Indonesia Harus Bersiap Hadapi 3 Krisis Sekaligus, Kata Ekonom Bisa Lebih Parah dari Gejolak 2008
Iran Kirim Sinyal Lanjutkan Perang, Israel Krisis Anggaran untuk Beli Rudal Pencegat |
![]() |
---|
Ayatollah Khamenei Sebut Iran 'Tampar' AS Usai Serangan Balasan ke Pangkalan di Qatar |
![]() |
---|
Gencatan Senjata dengan Iran, Israel Lanjutkan Serangan di Gaza, 51 Warga Palestina Tewas |
![]() |
---|
Iran Gantung Tiga Mata-mata Israel Sehari Setelah Gencatan Senjata |
![]() |
---|
Iran Pastikan Lanjutkan Program Nuklir Meski Sudah Capai Gencatan Senjata dengan Israel |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.