Fenomena Suhu Dingin Ekstrem dan Embun Es di Gunung Merbabu, Ini Penjelasan BMKG

Guswanto menambahkan bahwa sifat Angin Monsun Australia yang kering dan minim uap air, terutama pada malam hari, menyebabkan suhu udara mencapai...

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA
Pendakian Gunung Merbabu. 

TRIBUNTORAJA.COM - Fenomena embun es di Gunung Merbabu, Jawa Tengah, menjadi perhatian publik setelah Balai Taman Nasional Gunung Merbabu membagikan foto dedaunan yang membeku di akun Instagram resminya, @btn_gn_merbabu, pada Kamis (18/7/2024).

Unggahan ini telah dilihat lebih dari 19.800 kali, menunjukkan ketertarikan masyarakat terhadap fenomena ini.

Balai Taman Nasional Gunung Merbabu melaporkan suhu di puncak gunung mencapai 5 derajat Celsius, yang menyebabkan embun es terbentuk pada dedaunan.

 

 

Mereka mengimbau para pendaki untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum mendaki.

"Persiapkan diri dengan baik jika ingin mendaki. Saat ini suhu di puncak mencapai 5°C, menyebabkan embun es di dedaunan. Pastikan kondisi tubuh sehat, persiapkan perlengkapan pribadi secara lengkap, bawalah logistik yang cukup, dan patuhi aturan yang berlaku," tulis unggahan tersebut.

Deputi Bidang Meteorologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto, memberikan penjelasan terkait fenomena ini.

 

Baca juga: Fenomena Planet Liar di Alam Semesta, Melayang Sendiri Tak Terikat Tata Surya

 

Menurut Guswanto, embun es sering terjadi di Pulau Jawa, terutama saat musim kemarau.

Fenomena ini terjadi ketika embun pagi membeku karena suhu turun hingga 1-2 derajat Celsius atau mendekati titik beku.

"Perlu diketahui bahwa suhu udara menurun seiring dengan ketinggian suatu tempat," kata Guswanto, dikutip dari Kompas.com, Senin (21/7).

 

Baca juga: Suhu Dingin Berlangsung hingga Agustus, Suhu di Toraja Capai 15 Derajat Celcius

 

"Setiap ketinggian bertambah 100 meter, suhu akan turun 0,5 sampai 0,6 derajat Celsius. Dengan ketinggian Gunung Merbabu yang lebih dari 3.100 mdpl, wajar jika terjadi embun es atau embun upas," lanjutnya.

Menjelang puncak musim kemarau di Indonesia, yang berlangsung dari Juli hingga Agustus dan bisa berlanjut hingga September, BMKG memberikan penjelasan mengenai fenomena suhu dingin ini.

BMKG menjelaskan bahwa suhu dingin ini disebabkan oleh Angin Monsun Australia.

 

Baca juga: Heboh Netizen Pasang Status Dinginnya Toraja, Ini Penjelasan BMKG

 

Angin ini bergerak menuju Benua Asia, melewati wilayah Indonesia dan Samudra Hindia, yang memiliki suhu permukaan laut relatif rendah, sehingga memengaruhi suhu udara di daratan.

Guswanto menambahkan bahwa sifat Angin Monsun Australia yang kering dan minim uap air, terutama pada malam hari, menyebabkan suhu udara mencapai titik terendahnya.

Faktor-faktor lain yang turut memengaruhi adalah posisi geografis Indonesia, kondisi topografi, ketinggian wilayah, serta kelembapan udara yang rendah.

 

Baca juga: BMKG Sebut Suhu Dingin di Toraja Tidak Terkait Fenomena Aphelion

 

Dalam beberapa hari terakhir, cuaca cerah mendominasi wilayah-wilayah seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan.

"Angin dominan dari arah timur hingga tenggara membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia sehingga kurang mendukung proses pertumbuhan awan," ujar Guswanto, dikutip dari Kompas TV.

(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved