Banjir Bandang Sumbar
Rumahnya Tinggal Pondasi, Ustad Syaukani, Istri dan Anaknya Ditemukan Tewas Tersapu Banjir Bandang
Tak ada yang menyadari jika aliran lahar dingin malam itu menyapu rumah Syaukani bersama semua anggota keluarganya.
TRIBUNTORAJA.COM - Banjir bandang yang melanda Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) menyisakan banyak cerita duka.
Salah satunya adalah tewasnya guru senior di Diniyah Limo Jurai, Sungai Puar, Kabupaten Agam, Sumbar.
Guru itu bernama Syaukani Sani. Ia meninggal tersapu banjir bersama rumahnya di Kapalo Koto, Sungai Puar.
Tokoh Masyarakat Kapalo Koto, Sastra, menyebut saat banjir lahar dingin melanda pemukiman warga pada Sabtu (11/5/24) malam, Syaukani tengah berada di rumahnya bersama istri, anak kandung, dan anak saudaranya.
"Kalau untuk bagaimana informasi pasti mereka hanyut, mungkin tidak ada yang tahu. Tapi setelah banjir terjadi, Syaukani dan keluarganya sudah tidak terlihat lagi," kata Sastra, Selasa (14/5/24).
Sastra kemudian menceritakan bagaimana kondisi cuaca pada malam itu yang diguyur hujan lebat ditambah listrik mati, membuat masyarakat fokus memperhatikan kondisi masing-masing.
Tak ada yang menyadari jika aliran lahar dingin malam itu menyapu rumah Syaukani bersama semua anggota keluarganya.
Hingga keesokan harinya warga melihat rumah Syaukani sudah rata dengan tanah. Tidak satupun yang tersisa, kecuali pondasi batu.
Jenazah Syaukani baru ditemukan pada siang harinya. Jasadnya ditemukan berkilo meter dari lokasinya hanyut.
"Waktu siang, satu per satu jenazah keluarga Syaukani ditemukan. Sampai pukul 12.00 WIB," ujar Sastra.
Jenazah yang pertama ditemukan merupakan jenazah Syaukani. Setelah itu warga menemukan jasad anaknya Nayla Rusyda, dan terakhir istrinya Efniza Zainal.
Sedangkan anak dari saudara Syaukani ditemukan tersangkut. Kondisi tubuhnya mengalami luka berat sehingga harus menjalani perawatan di Kota Padang.
Jasad Syaukani bersama istri dan anaknya kemudian langsung dimakamkan pada hari yang sama.
Saat pemakaman Sastra menyebut liang kuburan Syaukani dan istrinya disatukan, sementara liang kuburan anaknya dipisah.
"Jadi, hanya ada dua kuburan saja untuk pemakaman mereka bertiga," ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.