Ribuan Karyawan di Israel Diberi Cuti Agar Ikut Unjuk Rasa Jatuhkan Benjamin Netanyahu

Demonstrasi besar-besaran itu menggaungkan agar Netanyahu diganti karena dianggap gagal mengatasi perang

Editor: Imam Wahyudi
tribunnews
Pemukim Israel berdemo di Tel Aviv menentang pemerintahan Benjamin Netanyahu pada 24 Juli 2023 silam. 

TRIBUNTORAJA.COM - Sebanyak 200 perusahaan besar di Israel dilaporkan memberikan izin kepada karyawannya untuk mengambil cuti selama satu minggu.

Cuti diberikan agar ribuan karyawan tersebut ikut melakukan unjuk rasa besar-besaran memprotes pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Demonstrasi besar-besaran itu menggaungkan agar Netanyahu diganti karena dianggap gagal mengatasi perang Gaza khususnya soal pembebasan sandera dan tahanan Israel yang ditahan Hamas. 

Demo tersebut juga ditujukan untuk menekan pemerintah Israel terkait negosiasi pertukaran tahanan dengan pihak Hamas. Demikian laporan media Israel.

Secara lebih rinci, para perusahaan besar Israel itu mengumumkan kalau karyawan mereka dapat absen atau pulang kerja lebih awal untuk ikut serta dalam demonstrasi anti-pemerintah tanpa potongan apa pun dari hak cuti mereka.

Menurut situs berita Israel, Israel Hayom, CEO beberapa perusahaan itu beralasan dan memperingatkan kalau Israel sebagai sebuah negara saat ini sedang mengalami "keadaan darurat".

Forum tersebut terdiri dari perusahaan-perusahaan swasta besar di Israel, yang secara kolektif mempekerjakan sebagian besar tenaga kerja di sektor swasta, seperti dilansir situs berita Israel.

Perlu dicatat, pendanaan Israel untuk perang di Gaza telah mengakibatkan penurunan peringkat kredit untuk pertama kalinya pada bulan Februari.

Pada saat itu, Moody's memangkas peringkat kredit Israel satu tingkat, dari A1 menjadi A2, dan mencatat buruknya keuangan negara tersebut.

Variabel penyerta berupa perang Gaza yang sedang berlangsung juga dinilai 'melemahkan lembaga eksekutif dan legislatif Israel."

Agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza menyebabkan penurunan yang signifikan dalam konsumsi swasta dan investasi, disertai dengan lonjakan pengeluaran pemerintah karena mobilisasi besar-besaran pasukan cadangan dan meluasnya perpindahan penduduk Israel.

Demonstrasi besar-besaran meletus di Tel Aviv pada Sabtu (30/3/2024) malam.

Demonstrasi besar itu dilaporkan diikuti puluhan ribu pemukim Israel, yang berkumpul untuk memberikan tekanan pada pemerintah.

Para pengunjuk rasa turun ke jalan untuk memaksa pemerintah mempercepat negosiasi kesepakatan dengan Hamas dan mengadvokasi penjadwalan pemilu dini.

Polisi Israel merespons secara keras dengan menindak para pengunjuk rasa, menangkap lebih dari selusin orang.

Mereka juga mengerahkan meriam air untuk membubarkan demonstran.

Bentrokan serupa juga terjadi di wilayah pendudukan al-Quds (Yerusalem), di mana sekitar 200 pengunjuk rasa berunjuk rasa di dekat kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Protes tersebut dianggap sebagai salah satu yang terbesar sejak 7 Oktober.

Keluarga Sandera

Di Hostages Square, Israel, suasana demonstrasi berubah ketika keluarga para tawanan Israel mengecam kepemimpinan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Hal ini menandai perubahan eskalasi dari aksi unjuk rasa yang biasa diselenggarakan oleh "Forum Sandera dan Keluarga Hilang", di mana para pembicara sebelumnya menahan diri untuk tidak mengutuk pemerintah secara terbuka.

Salah satu kerabat seorang tawanan Israel yang ditangkap Hamas mengatakan, seperti dilansir The Times of Israel.

“Perdana Menteri Netanyahu, setelah Anda meninggalkan keluarga kami pada tanggal 7 Oktober, dan setelah 176 hari ketika Anda tidak membuat kesepakatan (untuk pemulangan mereka), dan karena Anda terus-menerus terlibat dalam upaya menggagalkan suatu kesepakatan, kami menyadari bahwa Andalah yang menghambat tercapainya kesepakatan tersebut. Anda adalah penghalangnya. Andalah yang berdiri di antara kami dan kepulangan orang-orang yang kami cintai.”

“Mulai sekarang,” dia bersumpah, “kami akan berupaya untuk segera menggantikanmu. Kami telah menyimpulkan bahwa itu adalah cara tercepat untuk mencapai kesepakata. Kami akan menunjukkan dan menuntut pemecatan Anda. Kami akan memburumu di depan umum.”

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Negara Kondisi Darurat, 200 Perusahaan Besar Israel Izinkan Karyawannya Demo Turunkan Netanyahu 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved