Guru Besar Unhas Berhasil Capai Puncak 5.418 Mdpl Gunung Himalaya Nepal
Geng Makassar adalah salah satu WhatsApp Group tokoh prominent, jurnalis, akademisi dan enterpreneur asal Makassar.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Apriani Landa
TRIBUNTORAJA.COM - Guru besar Universitas Hasanuddin, Prof Dr H Aidir Amin Daud MH (66), Minggu (3/3/2024), berhasil mencapai salah satu puncak di Pengunungan Himalaya, gugus gunung tertinggi dunia yang ada di Nepal.
Prof Aidir Amin menaiki gunung yang selalu diselimuti salju itu bersama H Mahfud Sappe (56) dan menyet duet mereka sebagai "Geng Makassar".
Keduanya mencapai Annapurna Circuit Himalaya yang berada di ketinggian 5.418 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Profesor Aidir Amin Daud adalah guru besar Fakultas Hukum Unhas. Ia juga mantan Irjen KemenkumHAM.
Adapun Mahfud Sappe adalah editor and chief publisher in flight LionMagz dan juga alumnus Fakultas Teknik Unhas.
Bersama keduanya, juga bergabung dalam pendakian ini adalah Hendrik, owner Mannorian Travel, dan Achmad Hasan (Direktur Niaga Lion Grup sekaligus anak menantu penyair Makassar, Arsal Alhabsi).
Geng Makassar adalah salah satu WhatsApp Group tokoh prominent, jurnalis, akademisi dan enterpreneur asal Makassar.
Mereka bergabung bersama 20 anggota rombongan Himalaya Joy Adventure climb asal Indonesia.
"Ada juga senior 72 tahun, Bang Andi Chandrawimata. Bapak dari artis Nadine, alumni insinyur (universitas) Jerman," ujar Aidir kepada Tribun melalui instant chat, Senin (4/3/2024) pagi.
Mereka bertolak ke Kathmandu pada 21 Februari 2024 dan dijadwalkan kembali di Tanah Air sebelum 1 Ramadan 1445 Hijriyah.
"Tiga hari lagi balik dan bergabung di Torang la Pass," ujar Mahfud Sappe.
Prof Aidir menyebut bersama 20 pendaki lain, mereka tertahan di Thorong Phedi (4.890 mdpl), salah satu puncak di punggung utara Mount Everest (8.868 mdpl).
"Lumpur dari hujan salju setebal 1 meter. Besok akan dilanjutkan jika membaik cuacanya," ujarnya.
Hingga pagi ini, mereka masih akan melanjutkan pendakian ke Thorong-La Pass (5.418) dan sesudahnya akan kembali turun ke arah Pokhara dan selanjutnya ke Khatmandu.
Dari foto yang didapatkan Tribun, Aidir membentangkan spanduk bertuliskan "Geng Makassar- Annapurna Circuit dan gambar Merah Putih".
"Om Fude (Mahfud Sappe) terpaksa membeli seprei hotel untuk momen di Annapurna Circuit," ujar Aidir mengaffirmasi upaya rekannya mengabadikan pencapaian mereka.
Disebutkan, Himalaya joy climb ini memang bukan untuk mencapai puncak Everest.
Sebelum capai puncak Annapurna Circui, mereka melalui empat pos pendakian.
Mereka mendaki dari Kathmandu, ibukota Nepal, pada ketinggian 1.400 mdpl, atau lebih setengah dari puncak Rantemario 3.478 mdpl.
Mulai dari ketinggian 3.540 mdpl, dilanjutkan di Kharka (4.060 mdpl), Thorong Phedi (4.525 mdpl), lalu lanjut ke pos Thorong High Camp (4.850 mdpl), dan camp Thorong La Pass (5.418 mdpl).
"Kalau di atas ketinggian 5.000 (mdpl) sudah tak ada kafe. Kami kalau ke 5.400 harus langsung balik karena tidak mungkin pakai tenda jadi mungkin hanya 1 jam-an saja," ujar Aidir saat beristirahat di sebuah hotel Annapurna Circiut.
Dikisahkan, Sabtu (2/3/2024) di punggung Camp Manang, seorang pendaki terpaksa kembali dengan memakai helikopter ke Khatmandu karna ada urusan penting di Jakarta, awal pekan ini.
"Human life is far more important than just getting to the top of a mountain,” ujar Aidir mengutip Sir Edmund Hillary (1919-2008), pendaki puncak pertama asal New Zaeland.
Aidir mengkonfirmasikan pendakian ini senantiasa mengutamakan keselamatan dibanding menjejakkan kaki di puncak.
Bagi Mahfud Sappe, pendakian ke Annapurna gugus Everest adalah kali kedua, dalam setengah dekade terakhir.
"Saat mendaki sebelum Pandemi, kami bertemu the living legend Nirmal Purja, pemecah rekor penakluk 14 puncak 8.000-an mdpl tersingkat di Himalaya," katanya
Annapurna ada dikawasan Kathmandu Valley, Lembah Kathmandu.
Tapi meski di lembah, Nepal adalah Negeri Atap Dunia.
Hampir 70 persen dari pendapatan negara Nepal mengalir dari wisata pendakian ini.
Inilah pariwisata, tulang punggung ekonomi Republik Nepal.
Nepal sediri berada pada pengaruh peradaban mayoritas Hindu dan Buddha.
Agama dan kebudayaan yang melebur membentuk peradaban. Itu terasa begitu kami mendarat di Bandara Tribhuvan, Kathmandu.
Inilah gerbang ke Himalaya, yang membentang timur barat, sekaligus rumah bagi beberapa World Heritage Site seperti Durbar Square, Swayambhunath, Boudhanath, dan Pashupatinath. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.