Update Harga Beras 1 Maret 2024, Raih Angka Tertinggi dalam Sejarah

Untuk mengendalikan lonjakan harga, Bulog telah mengalokasikan cadangan beras pemerintah ke pasar induk dan pasar ritel.

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
Sekretariat Presiden
ILUSTRASI - Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat melakukan peninjauan stok beras di Gudang Bulog Baru Rawang Timur, Padang, Sumatera Barat, Rabu (25/10/2023). 

TRIBUNTORAJA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan bahwa harga beras mencatat kenaikan signifikan di semua tahap distribusi pada bulan Februari 2024.

Bahkan, harga beras mencapai level tertinggi dalam sejarah pada akhir bulan tersebut, dengan mencapai angka Rp 18.000 per kilogram.

"Meningkatnya harga beras teramati di seluruh jalur distribusi," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, dalam konferensi pers pada Jumat (1/3/2024).

 

 

Habibullah melaporkan bahwa rata-rata harga beras secara eceran mencapai Rp 15.157 per kilogram pada bulan Februari 2024.

Ini menunjukkan lonjakan sebesar 24,65 persen secara tahunan dan kenaikan 6,7 persen dari bulan sebelumnya.

Di level grosir, harga beras rata-rata mencapai Rp 14.396 per kilogram.

 

Baca juga: Kenaikan Harga Beras Jadi Penyebab Utama Inflasi di Indonesia

 

Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 20,08 persen dari Februari tahun sebelumnya atau naik 5,96 persen dari bulan sebelumnya.

Sementara itu, di tingkat penggilingan, harga beras rata-rata mencapai Rp 14.274 per kilogram.

Ini juga mengalami lonjakan, yaitu sebesar 24,65 persen secara tahunan dan 6,76 persen secara bulanan.

 

Baca juga: Emak-emak Jangan Khawatir, Stok Beras Aman Hingga Lebaran

 

"Harga beras dari berbagai jenis dan kualitas di seluruh wilayah kabupaten/kota pada bulan Februari 2024 merupakan yang tertinggi dalam sejarah," tambah Habibullah.

Kenaikan harga beras terjadi bersamaan dengan kenaikan harga gabah di seluruh rantai distribusi.

Rata-rata harga gabah kering panen (GKP) mencapai Rp 7.261 per kilogram, naik 33,48 persen secara tahunan dan 6,13 persen secara bulanan.

 

Baca juga: Jelang Puasa, Harga Beras di Makale Tana Toraja Turun

 

Sedangkan rata-rata harga gabah kering giling (GKG) mencapai Rp 8.591 per kilogram, naik 27,14 persen secara tahunan dan 4,86 persen secara bulanan.

Kenaikan harga beras ini menyebabkan inflasi pada bulan Februari lalu, dengan kontribusi inflasi bulanan sebesar 0,21 persen, inflasi tahunan sebesar 0,67 persen, dan inflasi tahun kalender sebesar 0,24 persen.

Kenaikan harga beras yang signifikan ini dapat berpotensi meningkatkan tingkat kemiskinan nasional dan menimbulkan dampak negatif bagi kesejahteraan masyarakat.

 

Baca juga: Harga Beras Meroket, Ombudsman: Dipengaruhi Kenaikan Pajak Ekspor India

 

Beras merupakan bahan pokok yang dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Penurunan produksi beras akibat perubahan cuaca, terutama El Nino, menjadi salah satu faktor utama dalam kenaikan harga beras.

Cuaca yang tidak merata di Indonesia mengakibatkan ketidakstabilan dalam produksi beras di beberapa daerah.

 

Baca juga: Politik Bansos Overdosis Diduga Penyebab Beras Mahal

 

Untuk mengendalikan lonjakan harga, Bulog telah mengalokasikan cadangan beras pemerintah ke pasar induk dan pasar ritel.

Beras ini umumnya merupakan hasil impor dari negara produsen beras seperti Vietnam, Thailand, Pakistan, dan Myanmar.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved