Cerita Bripka Gerson Tolan asal Toraja Habiskan Gaji dan THR untuk Pendidikan di Pasangkayu Sulbar

Desa Pakava terletak sekitar 18 kilometer dari ibu kota kabupaten. Warga di desa ini umumnya jadi petani atau buruh perkebunan sawit.

|
Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Apriani Landa
ist/dok Bripka Gerson Tolen
Anak-anak di Desa Pakava menikmati makanan tambahan untuk memperbaiki gizi mereka yang merupakan bantuan dari Bripka Gerson Tolan. 

TRIBUNTORAJA.COM - Bripka Gerson Tolan, anggota Polsek Pasangkayu yang saat ini bertugas sebagai Babinkamtibmas di Desa Pakava, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Tidak hanya sebagai polisi, ia juga mulai dikenal sebagai sosok pengajar. Kerinduannya untuk melihat anak-anak daerah bisa mendapatkan pendidikan yang layak membuatnya tergerak untuk mengupayakan agar anak-anak di Desa Pakava bisa belajar, setidaknya memahami calistung (baca, tulis, hitung)

Desa Pakava terletak sekitar 18 kilometer dari ibu kota kabupaten. Warga di desa ini umumnya jadi petani atau buruh perkebunan sawit. Di Desa Pakava terdapat 10 dusun.

Namun, tiga dusun diantaranya tergolong wilayah terisolir yakni Dusun Siwata, Waisuba, dan Watuike.

Lokasi dusun ini rata-rata berjarak 12 kilometer dari pusat desa di Bamba Apu.

Bripka Gerson menceritakan tentang kondisi di wilayahnya tugas yang sangat terbatas.

Aliran listrik dan sinyal seluler belum ada serta akses jalan sangat terbatas. Hal ini membuat anak-anak sulit untuk bisa mengenyam pendidikan layak,

Sebenarnya, di Dusun Watuike dan Dusun Siwata terdapat kelas jauh dari Sekolah Dasar (SD) Bala Keselamatan Bamba Apu, bagian dari Yayasan Bala Keselamatan Indonesia yang berpusat di Bandung.

Namun, orang tua siswa menyayangkan proses belajar mengajar yang tidak maksimal.

Gerson berinsiatif "menghidupakn" sekolah tersebut dengan mulai rutin mengumpulkan anak-anak di desa.

Usia muridnya pun beragam, ada yang umur 6 sampai 17 tahun.

Gerson mulai mengajar anak-anak dibantu tiga tenaga pengajar yang merupakan warga lokal yang merupakan lulusan setara SMA.

“Kita mau mereka bisa belajar lebih layak lagi, selama ini kita belajar di Bantaya (balai adat) itupun sangat seadanya, asalkan ada atap walau tanpa dinding," ucap polisi asal Makale, Tana Toraja, itu.

"Dan syukur mereka sangat semangat untuk belajar, padahal sarana prasarana sangat minim. Jadi kita pakai alat peraga juga seadanya,” tambahnya.

Aktivitas belajar mengajar ini sudah berjalan kurang lebih selama tujuh bulan, sejak November 2022.

“Puji Tuhan, ada beberapa donasi yang masuk dan bisa dinikmati anak-anak supaya bisa lebih semangat belajar, dalam bentuk buku dan peralatan sekolah lainnya, kami berterimakasih untuk para donatur,” ungkap Gerson.

Pakai Gaji dan THR

Namun selain kebutuhan proses belajar mengajar, Gerson juga mengungkapkan bahwa untuk keperluan operasional lainnya membutuhkan dana, ia juga membiayai jasa ketiga pengajar yang membantu anak-anak belajar, bahkan tak jarang ia harus merogoh koceknya sendiri untuk membiayai anak-anak dan para pengajar.

Gajinya sebagian besar dihabiskan untuk membayar tenaga pengajar, bahkan kadang kekurangan. Saat terima tunjangan hari raya (THR) Idul Fitri kemarin ia pakai untuk membayar pengajar  dan juga kebutuhan anak-anak didiknya.

"Bahkan, nanti gaji ke-13 juga akan saya pakai untuk ke sana (pendidikan di Desa Pakava)," ungkapnya.

Selain membantu anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,beberapa minggu belakangan ini Gerson juga melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk mencukupi kebutuhan gizi anak-anak.

“Yah dicukupkan saja, karena untuk sekarang pakai dana seadanya, gaji yang kita dapat untuk anak-anak, dan disisihkan juga untuk operasional karena harus keliling juga di beberapa desa sedangkan medannya cukup ekstrim,” ungkap Gerson.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved