Sains

Sejarah Kapur Barus, Primadona dari Nusantara yang Populer Jauh Sebelum Cengkeh dan Pala

Jauh sebelum pala dan cengkeh terkenal, sesungguhnya kapur barus yang dihasilkan pohon Kamper telah menjadi primadona masyarakat Eropa dan...

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
Shutterstock
Butiran kapur barus yang dihasilkan dari pohon kamper. 

 

“Meskipun dalam prasasti tidak disebutkan jenis komoditas dagang adalah kapur barus maupun kemenyan, akan tetapi prasasti itu dapat menjadi bukti keberadaan kelompok pedagang Tamil yang mendiami Lobu Tua hampir tiga abad. Tujuannya, untuk mendapatkan kapur barus dan kemenyan dari sumbernya langsung,” jelas Ichwan dalam laporannya.

Barus merupakan wilayah di kecamatan di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Sejak abad ke-2 Masehi sudah dikenal oleh orang Yunani sebagai bandar niaga bernama Baraosai yang menghasilkan bahan-bahan wewangian atau kamper.

Mulai abad ke-4 sampai ke-10 Masehi, Barus menjadi pusat perdagangan komoditas kamper dunia, dari China sampai kawasan Laut Tengah meliputi Indochina, Asia Tenggara, India, Persia, Timur Tengah, bahkan Afrika.

Catatan sejarah menyebutkan, kapur barus telah menjadi barang yang bernilai sangat penting sehingga mampu menarik perhatian banyak orang Eropa dan Timur Tengah untuk berdatangan ke Barus.

Bahkan Marco Polo, penjelajah berkebangsaan Italia mengatakan bahwa harga kapur barus semahal emas dengan berat yang sama, pada masa itu.

 

Baca juga: Ciri-ciri Seseorang Terkena Gula Darah Tinggi atau Diabetes Serta Cara Mencegahnya

 

Beragam Manfaat Kapur Barus

Beragam manfaat kapur barus telah digunakan untuk keperluan manusia.

Masyarakat Mesir misalnya, mereka memanfaatkan kapur barus sebagai pengawet jasad manusia yang telah meninggal dengan cara melumuri dengan balsem yang berupa ramuan hasil campuran kapur barus dengan rempah-rempah dari Ophir di sekujur tubuh mayat tersebut.

“Sejarah mencatat bahwa jasad raja-raja Mesir sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-16 Masehi diawetkan dengan menggunakan kapur barus, termasuk diantaranya mumi Ramses II dan Ramses III,” tulis Budi Prasetyo dalam penelitiannya yang berjudul "Populasi Pohon Kapur di Ambang Kepunahan".

Selain itu masyarakat Timur Tengah termasuk Arab dan Mesir menggunakan kapur barus untuk bahan baku dalam pembuatan obat-obatan dan parfum.

Sedangkan orang-orang China menggunakan kapur barus sebagai penguat syahwat, dan untuk radang mata.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved