Jadikan Tuak Bernilai Jual Tinggi, Pemerintah Dorong Cap Tikus Jadi Souvenir Tana Toraja

Tuak bisa kita jumpai di setiap perkumpulan atau hajatan,bahkan minuman yang disajikan untuk tamu dalam saat upacara adat warga Toraja.

|
Penulis: Ricdwan Abbas | Editor: Apriani Landa
int/Tribun Jambi/kolase Tribun Toraja
Proses penyadapan tuak dari pohon Aren 

TRIBUNTORAJA.COM, Makale - Kabupaten Tana Toraja merupakan daerah penghasil tuak atau ballo atau air nira yang melimpah. Nira adalah getah pohon aren yang disadap melalui tangkai bunganya.

Air nira mengandung alkohol dengan kadar 0,025 persen per 100 ml pada hari pertama penyadapan dari pohonnya.

Air dari pohon aren ini umumnya berwarna putih susu dengan rasa yang bervariasi, ada manis, asam, dan ada juga yang pahit.

Masyarakat cenderung memanfaatkan air nira sebagai bahan dasar pembuatan gula merah dan cuka.

Namun, lain halnya bagi masyarakat Toraja. Nira atau tuak yang disadap dari pohon Aren (dalam bahasa Toraja disebut Induk), dijadikan sebagai minuman tradisional.

Tuak bisa kita jumpai di setiap perkumpulan atau hajatan. Bahkan arak alami ini salah satu minuman yang disajikan untuk tamu dalam saat upacara adat warga Toraja.

Bagi suku yang berada di pegunungan dengan ketinggian 1.000-2.400 meter di atas permukaan air laut (MDPL) ini, tuak dipercaya memiliki khasiat yang baik bagi tubuh, utamanya untuk menghangatkan badan dari dinginnya hawa Toraja.

Ketersediaan tuak yang melimpah dan proses pengumpulannya yang tidak terlalu sulit, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tana Toraja berinisiatif mengembangkan tuak bernilai jual lebih.

Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung menyebut sementara menyiapkan program cap tikus sebagai souvenir khas Tana Toraja untuk mendorong masyarakat lebih produktif.

Cap tikus kata dia, salah satu produk yang banyak digemari wisatawan mancanegara. Karena itu dirasa cocok dikembangkan di daerah kunjungan wisatawan seperti Tana Toraja.

"Sementara saya dorong lagi bagaimana cap tikus menjadi souvenir," ujarnya kepada Tribuntoraja.com saat ditemui di Rujab Bupati Tana Toraja, Minggu (26/2/2023) kemarin.

Untuk percepatan pelaksanaan program tersebut, Bupati dua periode itu pasalnya menyiapkan penyuluh di masing-masing desa/lembang.

Namun sebelum itu, Theofilus akan menata penanaman pohon aren agar produksinya berkelanjutan. Sebab, belum ada budidaya jangka panjang dilakukan.

"Selama ini produksi tuak belum menentu karena masyarakat belum memahami betul bagaimana membudidayakan pohon aren agar produksinya tetap stabil dan berkelanjutan. Itu yang kita atur lebih dulu," katanya.

"Saya sudah dapat bibit dalam lima tahun sudah bisa berproduksi dan bisa menghasilkan 40 liter per hari," lanjut mantan Inspektorat Sulsel itu.

Beberapa tamu yang dijamu Bupati disebut hobby minum tuak. Dari obrolan panjang lebar bersama tamu kehormatan, timbul inisiatif mengembangkan tuak menjadi cap tikus.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved