PMKRI Rakernas di Toraja

Bupati Tator: Toraja Adalah Daerah Paling Sering Berikan Kebahagiaan, Zero Intoleransi

Buktinya, di Toraja ini tidak ada yang namanya peristiwa-peristiwa intoleransi. Karena Toraja dari dulu nilai dasarnya adalah nilai-nilai kemanusiaan

Penulis: Agatoni Buttang | Editor: Apriani Landa
TribunToraja
Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung 

TRIBUNTORAJA.COM, Makale - "Toraja adalah daerah yang paling banyak memberikan kebahagiaan kepada orang-orang."

Demikian diungkapkan Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, di hadapan kader PMKRI, Senin (23/12/2023) lalu.

"Buktinya, di Toraja ini tidak ada yang namanya peristiwa-peristiwa intoleransi. Karena Toraja dari dulu nilai dasarnya adalah nilai-nilai kemanusiaan," tambah Theofilus.

Ia menceritakan, beberapa dosen pernah bertanya kepadanya tentang resep sehingga di Toraja ini tidak pernah ada kedengaran masalah suku, agama, dan ras.

"Saya tekankan, tidak ada program dan kebijakan khusus. Karena memang nilainya orang Toraja seperti itu, yang membuat banyak intoleransi di Indonesia sekarang ini adalah orang-orang (mengaku) pintar, tokoh politik, dan orang (mengaku) hebat, tapi minim nurani," ucapnya.

Karena itu, Theofilus berpesan kepada kader PMKRI dan generasi muda agar memiliki visi yang jelas dan melaksanakan visi tersebut. Tidak hanya sekedar wacana.

Katanya, PMKRI harus turut andil dalam dalam menentukan nasib RI, termasuk berperan aktif bersama pemerintah memasuki arus dan tantangan baru yaitu bonus demografi, era 4.0, serta penyiapan IKN.

"Indonesia emas 2045 masih sekitar seperempat abad lagi, namun untuk mempersiapkannya membutuhkan persiapan yang matang jauh-jauh hari, SDM Indonesia harus unggul, berkualitas, dan memiliki karakter. Bonus demografi terbagi menjadi 2 sisi, yakni kesempatan dan tantangan," ucap Theofilus.

"Kesempatan ini adalah momentum untuk mengurangi angka pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan SDM yang berkualitas. Tantangannya ialah hingga saat ini Indonesia masih memiliki beragam permasalahan berbagai aspek," tambahnya.

Disadari bahwa untuk mewujudkan semua itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu, perlu adanya komitmen dari pemerintah sebagai pemegang kebijakan dan terlibatnya masyarakat, terutama pemuda, sebagai agen perubahan.

"Jika hal tersebut dapat sejalan, maka dapat diyakini Indonesia Emas 2045 bisa terwujud," tutup Theofilus.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved