Goa Tampang Allo di Kecamatan Sangalla Tana Toraja, Menyimpan Misteri Kematian dan Wabah
Saat eksplorasi di Tampang Allo sebelum Covid-19, warga menemukan banyak kerangka manusia.
Penulis: Anastasya Saidong Ridwan | Editor: Apriani Landa
TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE – Goa pemakaman kuno Tampang Allo di Kecamatan Sangalla, Tana Toraja, menyimpan banyak misteri.
Hal ini disampaikan oleh pengelola objek wisata, Sisiliawaty Lempang, saat ditemui Senin (29/9/2025).
Baca juga: 11 Objek Wisata Alam dan Budaya yang Wajib Kalian Kunjungi Saat ke Toraja
Kini, situs tersebut bertransformasi menjadi objek wisata budaya.
Situs ini dulunya dianggap keramat.
Ini berkaitan dengan kisah kelam tempat ini ketika wabah penyakit menimpa masyarakat Toraja.
Baca juga: Objek Wisata Buntu Bebo, Gunung Tertinggi di Sangalla Tawarkan Pesona Negeri di Atas Awan
Tempat ini juga menyimpan jejak sejarah panjang tentang tradisi penguburan.
Temuan Rangka Manusia
Catatan kelam tempat ini dituturkan Sisiliawaty, seorang warga yang terlibat dalam proses eksplorasi sebelum pandemi COVID-19 melanda.
Ia mengungkapkan bahwa pernah kerangka manusia di dalam goa ditemukan dalam jumlah banyak.

“Memang banyak di situ, sampai tulang-tulangnya, sampai jari-jari kakinya, kami dapat semuanya. Kami takut saat itu,” ungkap Sisiliawaty.
Setiap kali penggalian dilakukan, rangka maupun tengkorak manusia selalu ditemukan.
Baca juga: Rante Kalua, Surga Tersembunyi di Selatan Toraja: Alternatif Wisata Alam Bernuansa Tradisional
Selain itu, erong atau peti mati khas Toraja juga menjadi bukti bahwa Tampang Allo dahulu aktif digunakan sebagai tempat pemakaman.
Goa Rababiang: Jejak Wabah
Tak jauh dari mulut goa, terdapat lubang yang disebut warga sebagai Raba'biang.
Lokasi ini dipercaya sebagai tempat pembuangan jenazah massal saat wabah melanda.
“Di sebelah kiri itu ada satu lubang, di situ tempatnya kasih masuk mayat-mayat. Pada zaman itu dinamakan Raba' Biang. Waktu itu dibuang masuk itu orang, dibuang ke bawah,” jelas seorang narasumber.
Istilah Raba' Biang diyakini berkaitan dengan upaya darurat masyarakat Toraja dalam menghadapi penyakit menular, yang kemungkinan besar berkaitan dengan merebaknya Wabah Flu Spanyol pada 1918.
Baca juga: Buntu Sarira, Destinasi Wisata Baru Bangkitkan Ekonomi Warga Tana Toraja
Hal ini dihubungkan dalam buku yang berjudul "Yang terlupakan: Sejarah Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda" buku yang ditulis oleh Priyanto Wibowo dkk pada tahun 2009 dengan jumlah halaman 235.
Dari Keramat Jadi Wisata Budaya
Sebelum dieksplorasi, tempat ini dulunya dihindari masyarakat, dianggap 'makkarama' atau angker karena banyak kerangka manusia ditemukan.
Setelah eksplorasi, tokoh adat bersama pihak berwenang sepakat membuka Tampang Allo sebagai objek wisata budaya.
Sebelum dibuka, ritual adat digelar untuk menetralisir dan menghormati situs keramat tersebut.
“Itu mereka bakar babi, selesai itu baru mereka kasih masuklah sebagian kepala-kepala (tengkorak) manusia,” kata narasumber.
Kerangka dan tengkorak yang ditemukan lalu ditata di ruang terbuka agar bisa dilihat pengunjung.
Hal ini justru menjadi daya tarik bagi wisatawan, terutama turis asing.
“Akhirnya keputusan, kami berkata, ‘Taruh saja di atas itu, supaya kalau ada turis yang datang, mereka lihat'. Banyak orang bule yang senang datang di situ,” tambahnya.
Kini, meski tidak lagi digunakan sebagai lokasi pemakaman, Tampang Allo tetap berdiri sebagai saksi bisu sejarah Toraja.
Situs ini menjadi pengingat akan kisah kelam masa lalu sekaligus jembatan untuk mengenalkan budaya kepada generasi masa kini dan wisatawan mancanegara.
(*)
75 Peserta Didik Sekolah Rakyat Tana Toraja Ikuti MPLS 2025, Tingkat SMA Terbanyak |
![]() |
---|
Cuaca Tana Toraja Selasa 30 September 2025: Mappak Diguyur Hujan Ringan |
![]() |
---|
Penerbangan Rute Makassar-Toraja Kembali Dibuka 15 Oktober 2025, Ada Dikson Harga Tiket |
![]() |
---|
I Care Diskusi Isu Kopi dan Pariwisata Toraja, Pemuda Sampaikan Pernyataan Sikap |
![]() |
---|
Cuaca Tana Toraja Senin 29 September 2025, Waspada Hujan Siang dan Petang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.