Tekno
CEO Nvidia Prediksi Tukang Listrik dan Pekerja Terampil Bakal Jadi Profesi Paling Dicari di Era AI
CEO Nvidia Jensen Huang memprediksi era AI akan menciptakan lonjakan kebutuhan pekerja terampil seperti tukang listrik dan tukang kayu...
Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
TRIBUNTORAJA.COM – Di tengah kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan (AI) akan menghapus banyak lapangan kerja, CEO Nvidia Jensen Huang justru menyebut masa depan dunia kerja akan berpihak pada para pekerja terampil.
Ia menegaskan bahwa kehadiran AI justru menciptakan peluang besar bagi profesi seperti tukang listrik, tukang kayu, dan pekerja lapangan lainnya.
Dalam wawancara dengan Channel 4 News di Inggris, Huang menjelaskan bahwa pembangunan pusat data (data center) untuk mendukung teknologi AI akan memicu kebutuhan besar terhadap tenaga kerja teknis.
“Kalau Anda seorang tukang listrik, tukang ledeng, atau tukang kayu, kita akan butuh ratusan ribu orang untuk membangun semua pabrik ini,” ujar Huang.
Menurutnya, pembangunan data center bukan proyek jangka pendek, melainkan proses berkelanjutan yang akan terus bertambah seiring meningkatnya kebutuhan komputasi AI.
“Segmen pekerja terampil di setiap ekonomi akan mengalami ledakan. Kebutuhannya akan terus berlipat ganda setiap tahun,” lanjutnya.
Baca juga: Kekayaan Elon Musk Tembus Rp8.311 Triliun, Saham Tesla Jadi Pendorong Utama
Pernyataan Huang muncul setelah Nvidia mengumumkan investasi senilai 100 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.654 triliun) untuk mendukung ekspansi data center berbasis chip AI.
Berdasarkan proyeksi McKinsey, belanja modal global untuk data center bisa mencapai 7 triliun dollar AS pada 2030.
Untuk konteks, satu data center berukuran 250.000 kaki persegi atau 2,3 hektar bisa melibatkan hingga 1.500 pekerja konstruksi saat pembangunan.
Baca juga: Meta Bakal Pakai Chat AI untuk Personalisasi Iklan di Facebook dan Instagram Mulai Desember 2025
Banyak di antara mereka berpenghasilan lebih dari 100.000 dollar AS per tahun (sekitar Rp 1,65 miliar) tanpa perlu gelar sarjana.
Setelah beroperasi, satu data center memang hanya membutuhkan sekitar 50 pekerja tetap.
Namun, efek ekonominya jauh lebih luas karena memicu permintaan tenaga kerja tambahan di sektor pendukung seperti infrastruktur, listrik, dan pendingin.
Baca juga: Xiaomi 17 Usung Layar Belakang, Tapi Belum Mampu Geser iPhone 17
Huang menilai tren ini adalah peluang besar bagi generasi muda.
Ia menyarankan agar anak muda tidak hanya mengejar karier di bidang pemrograman atau pekerjaan kantoran, tetapi juga mempertimbangkan jalur vokasi dan pendidikan kejuruan.
“Kalau saya berusia 20 tahun lagi, mungkin saya akan memilih ilmu-ilmu fisik ketimbang software,” kata Huang.
Baca juga: Google Beli Rp 50 Triliun Saham Penambang Bitcoin, Ada Apa?
Yang dimaksud “ilmu fisik” mencakup bidang seperti teknik elektro, teknik mesin, dan fisika terapan—ilmu yang berperan langsung dalam membangun infrastruktur AI.
Pandangan Huang didukung oleh para CEO besar lainnya. Larry Fink, CEO BlackRock, memperingatkan bahwa Amerika Serikat bisa kekurangan tukang listrik untuk memenuhi kebutuhan pembangunan data center AI.
“Saya bahkan bilang ke tim Trump, kita bisa kehabisan tukang listrik. Kita memang tidak punya cukup,” ujar Fink.
Baca juga: Siap-siap! Instagram Bakal Perkenalkan Tampilan Baru, Ada Fitur Unggulan
Sementara itu, CEO Ford Jim Farley juga menyoroti tantangan serupa. Menurutnya, ambisi pemerintah AS untuk memindahkan rantai pasok manufaktur ke dalam negeri tidak akan tercapai tanpa tenaga kerja yang memadai.
“Bagaimana kita bisa membangun semua ini kalau tidak ada orangnya?” ujarnya.
Kementerian Pendidikan AS kini memperluas program sekolah kejuruan untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Baca juga: Samsung Galaxy Tab S11 Resmi Rilis di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Langkah ini menandai pergeseran tren pendidikan dan lapangan kerja dari dominasi pekerjaan kantoran menuju sektor lapangan yang lebih teknis.
Laporan terbaru dari Yale Budget Lab menunjukkan belum ada gelombang besar kehilangan pekerjaan akibat AI sejak kemunculan ChatGPT hampir tiga tahun lalu.
Namun, pola jangka panjang menunjukkan perubahan arah kebutuhan tenaga kerja: dari kantor ke lapangan.
Jika prediksi Jensen Huang benar, dekade mendatang bisa menjadi masa keemasan bagi para pekerja teknis—mulai dari tukang listrik, tukang kayu, tukang ledeng, hingga pekerja konstruksi—yang menjadi tulang punggung infrastruktur kecerdasan buatan dunia.
(*)
Kekayaan Elon Musk Tembus Rp8.311 Triliun, Saham Tesla Jadi Pendorong Utama |
![]() |
---|
Komdigi Cabut Pembekuan Izin Operasional TikTok di Indonesia |
![]() |
---|
Bocoran Tanggal Rilis dan Harga iPhone 17 Series di Indonesia |
![]() |
---|
Bekukan Izin Operasional TikTok, Komdigi: Masih Bisa Diakses |
![]() |
---|
Penerimaan Pajak Kripto Indonesia Capai Rp1,61 Triliun, Indodax Sumbang Lebih dari Separuh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.