Timnas Italia Terpuruk, Buffon: Gli Azzurri Bayar Kesalahan 20 Tahun Lalu

Gianluigi Buffon menilai keterpurukan Timnas Italia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 merupakan dampak dari kesalahan teknis dan struktural yang...

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
AFP/Marco BERTORELLO
TERPURUK - Foto arsip: Gianluigi Buffon kala membela Juventus. Terkini, Buffon menilai keterpurukan Timnas Italia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 merupakan dampak dari kesalahan teknis dan struktural yang terjadi dua dekade lalu. Ia menyoroti pentingnya pembinaan usia dini dan stabilitas jangka panjang. 

TRIBUNTORAJA.COM – Timnas Italia kembali berada dalam kondisi genting menjelang playoff Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Azzurri kini terancam gagal tampil di putaran final untuk ketiga kalinya secara beruntun setelah absen pada edisi 2018 dan 2022.

Untuk menjaga peluang lolos, Italia wajib memenangi semifinal playoff melawan Irlandia Utara sebelum menantang pemenang antara Wales atau Bosnia & Herzegovina di final.

 

 

Skuad arahan Gennaro Gattuso hanya finis sebagai runner-up di belakang Norwegia pada fase grup.

Dua kekalahan telak 0-3 dan 1-4 dari Norwegia memperkuat sorotan terhadap keterbatasan Italia saat ini.

Gianluigi Buffon, peraih gelar Piala Dunia 2006 sekaligus petinggi di skuad Azzurri, menyebut situasi ini adalah akibat dari kesalahan struktural yang terjadi sejak dua dekade silam.

 

Baca juga: Nova Arianto Ditunjuk Jadi Pelatih Timnas Indonesia U-20, Ini Alasan PSSI

 

Dalam wawancara dengan Gazzetta dello Sport, Buffon menilai kemunduran sepak bola Italia tak lepas dari kegagalan melakukan regenerasi.

“Hasil hari ini berakar dari 20 tahun lalu, ketika kami berpuas diri pada Buffon, Cannavaro, Totti,” ujarnya.

“Kami pikir kejayaan itu akan bertahan selamanya, seolah diberkahi begitu saja.”

 

Baca juga: Timnas Indonesia U-22 Tahan Imbang Mali 2-2 di Laga Uji Coba Terakhir Jelang SEA Games 2025

 

Buffon membandingkan kondisi Italia dengan negara yang konsisten berada di level tertinggi.

“Perancis sudah berada di level elite selama tiga puluh tahun, Spanyol hampir dua puluh. Mereka hidup di masa kini sepenuhnya. Sementara kami masih dalam fase transisi dan belum tahu arah mana yang harus diambil,” katanya.

Ia menilai Italia seharusnya sudah memikirkan ulang model teknis dan taktis sejak lama, namun momentum tersebut terlewat.

 

Baca juga: Ivar Jenner Jadi Kapten Timnas Indonesia U-22 , Kadek Arel: Pengalamannya Banyak

 

Tanda-tanda Perubahan Mulai Muncul

Meski kritiknya tajam, Buffon melihat optimisme dari perkembangan tim usia muda Italia yang mulai menunjukkan hasil positif.

Namun ia mengingatkan bahwa pembenahan fondasi membutuhkan proses panjang.

“Jika tren ini bisa dibalik, mungkin kami bukan generasi yang akan menikmati hasilnya,” ujarnya. Menurutnya, perubahan jangka panjang kerap tidak populer karena tidak memberikan hasil instan.

 

Baca juga: Gerard Pique Yakin Timnas Indonesia Bisa Tembus Piala Dunia, Beri Pesan Penting soal Pemain Muda

 

Buffon menegaskan bahwa pembinaan harus dimulai sejak usia 7 hingga 13 tahun, fase yang ia anggap sebagai periode paling penting bagi pembentukan bakat.

“Dari usia 15 tahun ke atas pemain masih bisa berkembang, tetapi fondasi terbentuk sebelumnya,” katanya.

Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya bersama Cesare Prandelli tengah mendiskusikan struktur pembinaan usia dini yang ideal, meski rencana tersebut masih menunggu hasil playoff untuk difinalisasi.

Buffon menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa stabilitas jangka panjang adalah kunci.

Tanpa itu, Italia—pemilik empat gelar Piala Dunia—berisiko kembali mengalami kekecewaan besar di panggung internasional.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved