Kopi Toraja Cocok Diseruput Semua Kalangan

Rasa fruity yang ringan dengan aftertaste tidak terlalu pahit, menjadikan kopi ini mudah diterima oleh siapa saja

Editor: Imam Wahyudi
Tribun Toraja/Freedy Samuel Tuerah
KOPI TORAJA - Owner Mitra Petani Toraja, Ristam Matandung, saat memperlihatkan hasil olahan kopinya dengan brand Kawata Kopi Arabika Toraja kepada Tribun Toraja, diruang pengilingan kopinya, Jl Barana - Poros Kandeapi, Kelurahan Buntu Barana, Kecamatan Tikala, Toraja Utara, Sulsel, Rabu (29/1/2025) siang. 

TRIBUNTORAJA.COM - Toraja lebih dari sekadar pesona budaya, adat yang unik dengan alam memesona. 

Di tanahnya yang berbukit-bukit dengan cuaca sejuk, tumbuh tanaman kopi yang turut andil membawa nama Toraja dikenal dunia.

Kopi Toraja yang dikenal dengan nama latin Celebes Kalosi, telah lama menjadi favorit para penikmat kopi dari berbagai belahan dunia. 

Keunikan kopi Toraja tidak hanya datang dari rasanya yang khas, tapi juga dari caranya tumbuh.

Pohon kopi Toraja tumbuh berdampingan dengan aneka tanaman rempah-rempah.

Tak heran, sejak kemasannya dibuka, aroma harum rempah langsung menyeruak mencipta kenikmatan.

Secangkir kopi Toraja bukan hanya soal rasa, tapi juga cerita.

Rasa fruity yang ringan dengan aftertaste tidak terlalu pahit, menjadikan kopi ini mudah diterima oleh siapa saja, bahkan oleh mereka yang baru mulai merasakan dunia kopi.

Secara fisik, biji kopi Toraja memiliki warna cokelat tua dan bentuk yang tidak seragam.

Ciri ini menjadi pembeda yang mudah dikenali.

Biji-biji tersebut dipetik saat matang sempurna--berwarna merah tua--dan diolah menggunakan metode wet-hulling atau giling basah, proses yang umum digunakan di Indonesia.

Setelah pengolahan awal, biji disangrai dan disimpan selama beberapa hari untuk mengeluarkan potensi rasa terbaiknya.

Barulah kemudian digiling dan diseduh dalam beragam metode, sesuai selera penikmatnya.

Kopi Toraja terdiri dua varian, yaitu Robusta dan Arabika.

Masing-masing memiliki karakter dan penggemarnya sendiri.

Kopi Toraja Robusta memiliki rasa lebih pahit, dengan kandungan kafein dua kali lebih tinggi dari arabika.

Tak heran jika kopi ini sering menjadi bahan dasar espresso atau campuran kopi instan.

Kandungan antioksidannya pun tinggi, dipercaya memberi manfaat kesehatan dalam batas konsumsi yang wajar.

Namun, produksi kopi robusta di Toraja tidak sebanyak arabika.

Ini karena kondisi geografis Toraja sangat mendukung tumbuhnya kopi Arabika—dengan ketinggian ideal di antara 700 hingga 2000 meter di atas permukaan laut.

Selain menghasilkan rasa yang lebih ringan dan keasaman lebih rendah, kopi Arabika juga lebih tahan terhadap penyakit seperti karat daun (HV), yang kerap menjadi ancaman bagi tanaman kopi.

Kopi Toraja bukan sekadar komoditas, tapi juga bagian dari warisan budaya dan identitas masyarakatnya.(imam) 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved