Cak Imin Tidak Setuju Siswa Libur Selama Ramadan

Saat ini pemerintah masih menunggu kepulangan Menteri Agama Nasaruddin Umar dari kunjungan kerja di Arab Saudi.

Editor: Imam Wahyudi
freepik
Ilustrasi ramadan 

TRIBUNTORAJA.COM - Keputusan atas libur sekolah selama bulan Ramadan bagi murid dan siswa sekolah telah diputuskan.

Keputusan itu dibuat berdasarkan rapat bersama antara pihak Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yang digelar pada Selasa (14/1) malam.

"Sudah kita bahas tadi malam lintas kementerian. Tapi nanti pengumumannya tunggu sampai ada surat edaran bersama Kementerian Pendidikan Dasar Menengah, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri," kata Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti di Hotel Tavia, Jakarta, Rabu (15/1).

Mu'ti mengatakan pengumuman mengenai libur sekolah saat bulan Ramadan bakal disampaikan dalam waktu dekat.

Saat ini pemerintah masih menunggu kepulangan Menteri Agama Nasaruddin Umar dari kunjungan kerja di Arab Saudi.

"Tunggu sampai surat edarannya keluar ya. Mudah-mudahan dalam waktu singkat karena sekarang kan Pak Menteri Agama sedang dalam perjalanan dari Tanah Suci," kata Abdul Mu'ti.

Hasil keputusan libur selama Ramadan itu akan diumumkan melalui surat edaran yang diterbitkan oleh masing-masing kementerian terkait.

Meskipun demikian, Mu’ti memastikan tak akan ada perbedaan keputusan antara sekolah di bawah naungan Kemendikdasmen dan juga Kemenag. 

"Jadi mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Tapi intinya sudah kami bicarakan dalam rapat koordinasi lintas kementerian dan sudah ada kesepakatan. Isinya bagaimana? Tunggu sampai waktunya kita umumkan," ujarnya.

“Tapi intinya keputusannya supaya sama antara sekolah dengan madrasah. Jangan sampai nanti selama Ramadan masa aktif sekolah dan libur itu tidak sama antara sekolah dengan madrasah,” ujar Mu’ti. 

Abdul Mu'ti sebelumnya sempat mengungkapkan ada tiga opsi yang berkembang terkait wacana libur sekolah selama Ramadan.

Namun, ia menegaskan pemerintah belum punya keputusan apapun soal hal ini.

"Kan kalau kita ikuti di masyarakat, opsinya kan ada tiga yang saya ikuti di masyarakat, ya ini belum keputusan ya," kata Mu'ti di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Senin (13/1).

Opsi pertama, libur Ramadan selama sebulan penuh. Siswa tetap mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di masyarakat.

Kedua, ada wacana libur sekolah di awal dan menjelang berakhirnya bulan Ramadan. Misalnya, tiga hari di awal Ramadan lalu libur lagi jelang Idul Fitri hingga peringatan hari raya. 

"Nanti biasanya menjelang Idul Fitri juga libur, bisa dua hari atau tiga hari menjelang Idul Fitri libur sampai nanti selesainya rangkaian mudik. Yang berlaku sekarang kan begitu," kata dia.

Sementara opsi ketiga yaitu masuk penuh selama Ramadan seperti yang berlangsung saat ini. Mu'ti menegaskan semua usul itu ditampung pemerintah.

"Intinya semua itu adalah usulan-usulan yang ada di masyarakat yang kami tentu memantau usulan-usulan itu sebagai bagian dari aspirasi publik," ucap Mu'ti.

Dalam beberapa waktu terakhir wacana libur sekolah satu bulan penuh selama Ramadan ini menuai pro dan kontra publik.

Wacana ini pertama kali dimunculkan oleh  Menteri Agama Nasaruddin Umar pada Desember 2024. Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menilai pemerintah perlu memikirkan model yang jelas soal libur sebulan selama Ramadan itu. 

Sementara Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyerahkan keputusan mengenai libur siswa sekolah saat Ramadan kepada pemerintah.

Ia mengatakan hal yang terpenting adalah menjadikan Ramadan sebagai arena untuk mendidik akhlak, budi pekerti, dan karakter.

"Generasi sekarang ini, jujur, itu kan lahir dari sistem android. Kemudian perubahan sosial yang luar biasa. Dan mobilitas yang melahirkan anak-anak yang sebagian malah tercerabut dari budaya," kata Haedar usai Tanwir I Aisyiyah di Hotel Tavia Heritage, Jakarta, Rabu (15/1).

"Nah karena itu pendidikan agama, pendidikan akhlak, pendidikan budi pekerti itu menjadi sangat penting," tambahnya.

Haedar juga meminta agar liburan selama Ramadan diisi dengan kegiatan pembinaan akhlak dan karakter kepada para siswa. Kegiatan itu, kata Haedar, bisa dilaksanakan di samping proses pembelajaran.

"Sehingga jadikan libur seberapa lama pun yang ada di bulan Ramadan. Gunakan untuk fokus membina akhlak, membina akal budi. Di samping ada proses pembelajaran," katanya.

Selama ini Haedar mengungkapkan sekolah di bawah naungan Muhammadiyah telah memiliki kegiatan khusus selama bulan Ramadan.

"Untuk libur-libur tertentu kita punya paket-paket khusus. Termasuk gairahkan di bulan Ramadan ini penggunaan masjid-masjid sekolah, masjid-masjid kampus untuk pembinaan karakter, pembinaan akhlak. Problem terbesar di Indonesia dalam hal pembentukan karakter," ucapnya.

Di sisi lain Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengaku tidak setuju dengan wacana libur sekolah satu bulan ketika Ramadan.

Menurut Ketua Umum PKB itu, libur sekolah selama 40 hari terlalu lama. Cak Imin juga menilai puasa Ramadan bukan halangan untuk melakukan aktivitas seperti hari-hari biasa.

"Saya kira tidak perlu ya. Karena libur Ramadan itu belum jelas konsepnya. Tidak perlu (libur), tetap saja jalan, puasa tidak menghentikan semua (kegiatan)," kata Muhaimin Iskandar di Jakarta, Sabtu (11/1).(tribun network/fah/dod)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved