Kasus Penyakit Mulut dan Kuku Kembali Naik di Toraja Utara

Sementara hasil Dinas Pertanian Toraja Utara dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, mayoritas pedagang kerbau

Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Imam Wahyudi
TribunToraja/Rifki
Kerbau di Pasar Hewan Bolu Rantepao 

TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO - Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang kerbau kembali tinggi di Toraja Utara.

Data Januari hingga pertengahan Desember 2024, temuan PMK mencapai 73 kasus.

Pada tahun 2022, kasus PMK di Toraja Utara sebanyak 158 kasus.

Sedangkan tahun 2023, tak ada laporan kasus PMK di Toraja Utarta.

Data tersebut sesuai yang tertera di sistem informasi kesehatan hewan indonesia (Isikhnas).

Sementara hasil Dinas Pertanian Toraja Utara dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, mayoritas pedagang kerbau memasukkan kerbaunya ke Toraja melalui jalur tikus atau jalur tidak resmi.

Jalur tidak resmi seperti jalur Provinsi Sulbar yang tidak melewati jalur pemeriksaan dokumen resmi kelengkapan dan pemeriksaan oleh dokter hewan dinas pertanian dan peternakan setempat.

Dari Sulbar, kerbau diselundupkan ke Toraja lewat hutan dan pegunungan.

Hal ini dibenarkan oleh Kadis Pertanian Toraja Utara, Lukas Dattubari Pasarrai.

"Jadi sebenarnya sudah ada larangan sementara untuk memasukkan ternak kerbau dari pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa ke wilayah Sulsel. Karena daerah tersebut, selain tinggi kasus PMK juga lagi tinggi kasus Lumpy Skin Disease (LSD), bahasa sederhananya penyakit kulit berbenjol yang menular pada sapi dan kerbau," jelas Lukas, Kamis (19/12/2024).

Lukas Dattubari Pasarrai menambahkan bahwa walaupun telah ada vaksin PMK, namun sangat terbatas.

"Jangan anggap remeh, walaupun vaksin PMK ini telah ada namun terbatas bahkan di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel juga terbatas, dan jika kerbau yang sudah kena gejala PMK otomatis vaksin akan susah bekerja di kerbau tersebut," tuturnya.

Dirinya juga meminta kerjasama para pedagang kerbau untuk tetap memperhatikan aturan agar kasus PMK ini turun.

"Komitmen para pedagang juga sangat dibutuhkan. Jadi kalau semua bisa bekerjasama tentunya berdampak baik untuk daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah, jangan hanya tergiur dengan harga kerbau murah tapi sebenarnya dari sisi kesehatan tidak dibaik - baik saja," jelasnya.

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved