Gaza dan Makanan dari Tumpukan Sampah

 Hal ini terjadi karena layanan kesehatan dan pasokan pangan yang terdampak akibat agresi Israel.

Editor: Imam Wahyudi
tribunnews
Anak-anak Gaza Bertahan Hidup dengan Meminum Air Genangan Warna Coklat 

TRIBUNTORAJA.COM - Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), melaporkan lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza tengah menghadapi risiko kematian akibat kelaparan dan kehausan.

Situasi ini sangat memprihatinkan, terutama bagi anak-anak yang tak memiliki kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.

 Ajith Sunghay, Kepala Kantor Hak Asasi Manusia PBB di Wilayah Pendudukan Palestina, menyebut kelaparan di Gaza sebagai situasi yang pahit dan mencekam.

Ia menjelaskan bahwa sulitnya mendapatkan bahan pangan telah memaksa banyak wanita dan anak-anak untuk mencari sisa makanan di antara tumpukan sampah.

Pemandangan ini menjadi simbol keputusasaan di tengah salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Krisis pangan di Gaza telah menjadi kehidupan yang mengerikan.

Hanan Balkhy, Direktur Regional Mediterania Timur dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyebutkan bahwa banyak warga terpaksa meminum air limbah untuk bertahan hidup.

 Hal ini terjadi karena layanan kesehatan dan pasokan pangan yang terdampak akibat agresi Israel.

Sebelumnya, pemblokadean yang dilakukan oleh militer Israel menjadi faktor utama yang menyebabkan krisis pangan semakin memburuk.

UNRWA menyatakan bahwa saat ini hanya sekitar 30 truk bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza setiap hari, jumlah yang sangat jauh dari kebutuhan sebenarnya warga setempat.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membela tindakan tersebut dengan alasan untuk melumpuhkan kekuatan militan Hamas, meski pada kenyataannya, jutaan warga Palestina terpaksa hidup dalam kondisi tidak layak.

Imbas dari blokade tersebut, puluhan pabrik roti di Gaza kehabisan stok bahan pangan.

Akibatnya, mereka tidak dapat menjalankan program pembagian makanan gratis kepada masyarakat.

Kondisi kelaparan di Gaza saat ini semakin memburuk, di tengah intensifikasi serangan militer Israel yang terjadi di seluruh wilayah Palestina.

Penutupan ini sangat menyengsarakan warga Gaza, yang selama ini mengandalkan roti sebagai makanan utama.

Hal ini berkontribusi pada lonjakan jumlah korban jiwa yang semakin meningkat, dengan lebih dari 44.300 orang tewas, termasuk banyak wanita dan anak-anak.

Tanggapan Dunia Internasional?

Menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin mendesak ini, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin, melayangkan kecaman terhadap blokade Israel.

Mereka mengirimkan surat kepada pejabat tinggi Israel sebagai bentuk protes atas situasi kemanusiaan yang semakin memburuk.

Dalam surat tersebut, kedua pejabat AS menetapkan langkah-langkah yang harus diambil Israel dalam waktu 30 hari untuk mengatasi kondisi di Gaza, dengan peringatan bahwa kegagalan untuk melakukannya bisa berdampak pada bantuan militer AS ke Israel.

Saat ini, akses bantuan kemanusiaan yang aman dan terjamin sangat dibutuhkan oleh warga Gaza.

Krisis yang tengah melanda mengancam kehidupan jutaan orang, terutama wanita dan anak-anak yang paling rentan.

Penting untuk mendukung upaya internasional dalam memberikan bantuan dan mengatasi kelaparan yang mencekam di wilayah ini.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Krisis Pangan di Gaza: Ibu-Ibu Mengais Makanan dari Sampah

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved