PON Aceh Sumut 2024

Anak Makassar Pelatih Tim PON Sulteng Ngamuk Anak Asuhnya Dicurangi, Irjen Krishna Berkomentar

ajang event olahraga empat tahunan itu seharusnya menjadi tempat para pemain muda untuk berkembang.

Editor: Imam Wahyudi
Kompas.com
Wasit Eko Agus Sugih Harto (kedua kanan) memberikan kartu kuning kepada pesepak bola Sulawesi Tengah Ichansyah (ketiga kiri) saat melawan tim Aceh pada pertandingan babak 8 besar PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (14/9/2024). 

TRIBUNTORAJA.COM - Zulkifli Syukur tak bisa menahan amarah dan kekecewaannya karena anak asuhnya dicurangi wasit pada pertandingan babak 8 besar PON XXI 2024 melawan tuan rumah Aceh.

Mantan pemain timnas dan PSM Makassar ini merupakan pelatih tim sepak bola putra Sulawesi Tengah (Sulteng),

Pertandingan yang berlangsung di Stadion H Dimurthala Lampineung, Banda Aceh tersebut, berlangsung kontroversial.

Pasalnya, sangat banyak keputusan wasit merugikan tim Sulteng.

Saking emosinya, seorang pemain Sulteng memukul wasit hingga tergeletak di lapangan.

Tim Sulteng juga memutuskan walk out (WO) setelah menjalani laga 90 menit.

Mereka menolak melakukan pertandingan perpanjangan waktu dan adu penalti sehingga Aceh melaju ke semifinal dan akan menghadapi Jawa Timur.

Dalam video yang beredar, Zulkifli tampak memaki-maki wasit.

"Bukan tidak bisa, bisa. Semua bisa, cuma memang kalian suruhan dari Aceh. Saya yang didzolimi di sini,” tegas Zul yang berasal dari Makassar dengan nada kecewa. 

"Begitu terjadi satu gol, yang panik siapa? Bukan Aceh, tapi kalian yang panik,” imbuhnya.

Bagi Zulkifli Syukur, ajang event olahraga empat tahunan itu seharusnya menjadi tempat para pemain muda untuk berkembang.

Sebagai pelatih muda, ia menilai pentingnya dukungan bagi para pemain muda yang sedang bersiap menuju level senior atau bahkan profesional.

Namun, ia merasa bahwa keputusan-keputusan di lapangan merusak mental pemainnya.

"Saya pelatih muda, bapak juga wasit muda. Kita sama-sama ingin membangun sepak bola. Tapi, kalian menghancurkan mental pemain dengan cara yang tidak pantas," ucapnya dengan penuh emosi dalam video yang beredar viral.

 Dikomentari Irjen Krisna

Peristiwa memalukan dalam dunia sepak bola ini, turut dikomentari Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Irjen Pol Krishna Murti.

Bahkan, jenderal bintang dua ini pun mengunggah rekaman kontroversial pertandingan sepakbola ini. 

Irjen Krishna Murti pernah terlibat dalam Satgas Anti Mafia Bola Kasus Pengaturan Skor Ketua Umum PSSI Joko Driyono tahaun 2019 lalu. 

“Keputusan wasit yang sangat kontroversi. Saat PON Aceh versus Sulteng, wasitnya parah,” tulisnya di sela-sela video pertandingan Aceh versus Sulteng, Sabtu (14/9/2024). 

Ia pun menuliskan sebuah komentar: 

Masih untung yg emosional hanya 1 pemain.

Kesian sepak bola Indonesia dihancurkan oleh ulah2 wasit spt itu. Pemain jadi korban, TIM Sulteng jadi korban, Tim Aceh juga menangnya gak elegan.

Tapi saya yg nonton juga emosional.

Sudah saya tahan2 gak ngupload bola. Kok ya gak tega lihat pemain2 bola dikerjain wasit spt itu. Kalau skorsing ke wasit gak mempan, pemidanaan mungkin cara efektif. Bila ternyata ada unsur keterlibatan tim dalam match fixing, maka kemenangan harus dibatalkan.

Eaaa gw block diri gw sendiri lah.

Sosok Wasit

Diketahui, wasit yang memimpin laga Aceh vs Sulteng bernama Eko Agus Sugiharto yang berasal dari Oku Timur, Sumatera Selatan.

Selama pertandingan, kepemimpinan wasit Eko Agus dianggap berat sebelah, di mana banyak keputusannya menguntungkan Aceh selaku tuan rumah PON XXI, sekaligus merugikan Sulteng.

Drama utama terjadi pada 15 menit terakhir laga, di mana sang wasit memberikan dua kartu merah untuk pemain Sulteng pada menit 75 dan 84.

Puncak ketegangan terjadi saat seorang pemain Aceh terjatuh di kotak penalti, dan wasit langsung menunjuk titik putih.

Jika melihat tayangan ulang, pemain Aceh sebenarnya jatuh di kotak penalti bukan karena pelanggaran bek lawan, melainkan seperti diving.

Hanya saja hal itu tampaknya tidak terlalu dihiraukan oleh sang wasit yang solid memutuskan memberi penalti ke Aceh.

Keputusan kontroversial wasit itu memang terasa krusial khususnya bagi Sulteng mengingat waktu menunjukkan menit 90+6 alias penghujung laga.

Di kala kondisi sudah unggul 0-1 namun bermain dengan sembilan pemain, Sulteng tentu hanya butuh beberapa menit untuk menyegel kemenangan.

Hanya saja pada akhirnya, kemenangan Sulteng yang sudah di depan mata terancam buyar gegara keputusan wasit tersebut.

Insiden tak terduga terjadi saat pemain Sulteng yang kesal dengan keputusan wasit memberikan pukulan ke wajah sang pengadil lapangan saat menunjuk titik penalti hingga terjatuh.

Bahkan sang wasit yang mendapat pukulan bogem itu tidak bisa melanjutkan pertandingan dan harus diganti wasit cadangan.

Sementara pemain yang melakukan bogem mentah ke wasit juga harus keluar karena diganjar kartu merah, Sulteng bermain 8 orang saja.

Hadiah penalti pun juga tetap diberikan kepada Aceh, namun ternyata pemain tuan rumah gagal mengeksekusinya.

Puncak dari drama ini terjadi saat wasit pengganti yang memimpin laga memberi hadiah penalti ke Aceh pada detik-detik akhir laga.

Penalti diberikan oleh wasit setelah seorang pemain belakang Sulteng melakukan handsball.

Kesempatan penalti kedua pada menit krusial pun akhirnya tak disia-siakan Aceh untuk menyamakan skor menjadi 1-1.

Skor imbang 1-1 pun memaksa laga perempat final antara Aceh vs Sulteng dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu.

Hanya saja, tim Sulteng menolak melanjutkan laga karena merasa dizolimi oleh kepemimpinan wasit dalam laga ini.

Keputusan Sulteng tidak melanjutkan laga membuat Aceh dinyatakan sebagai pemenang karena lawannya Walkout (WO).

Kini, hasil laga Aceh vs Sulteng pun tengah berada dalam sorotan tajam dari berbagai pihak terutama yang berkepentingan.(Kompas/Tribunnews.com/Dwi Setiawan/hasim arfah)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved