Debat Capres Cawapres 2024

Dokter Udin: Baju Adat Ganjar dan Mahfud Simbol Pemerataan Pembangunan

Ganjar-Mahfud membawa misi memperhatikan seluruh daerah dari barat sampai timur Indonesia.

Editor: Imam Wahyudi
erlan/tribun timur
Penampilan berbeda ditunjukkan pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo- Mahfud MD, tampil berbeda dalam sesi debat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (21/12/2023) malam. 

TRIBUNTORAJA.COM - Penampilan berbeda ditunjukkan pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo- Mahfud MD, tampil berbeda dalam sesi debat cawapres di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (21/12/2023) malam.

Ganjar dan Mahfud datang dengan setelan pakaian adat.

Ganjar Pranowo mengenakan pakaian khas asal Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sementara Prof Mahfud datang dengan setelan baju khas tanah kelahirannya, Madura.

Dua pasangan lainnya tampil lebih formal.

Pasangan Anies-Muhaimin pakai kemeja putih dibalut jas.

Prabowo-Gibran masih setia dengan kemeja berwarna biru.

Ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) Sulsel, Ganjar- Mahfud, dr Udin Shaputra Malik mengaku pilihan pakaian adat dalam panggung debat sesuai dengan misi Ganjar-Mahfud menyebarkan persatuan Indonesia.

"Pakaian itu mengangkat rasa idealisme kesatuan bangsa sesuai nomor urut persatuan Indonesia," jelas dr Udih Shaputra saat dikonfirmasi, Sabtu (23/12/2023).

"Kemudian tema kampanye juga dari Sabang sampai Merauke," lanjutnya.

Lebih jauh, pakaian adat ini menjadi simbol pemerataan pembangunan.

Ganjar-Mahfud membawa misi memperhatikan seluruh daerah dari barat sampai timur Indonesia.

"Ini salah satu simbolisasi paslon 3 ingin perhatikan pemerataan ekonomi. Dari berikan simbol NTT dan Madura. Ini daerah mungkin selalu jadi unpriority. Simbolisasi ini jadi sinyal pemerataan bisa percayakan Ganjar-Mahfud," katanya.

Dengan belum meratanya pembangunan, Prof Mahfud MD mengaku pertumbuhan ekonomi Indonesia belum pernah maksimal sejak masa reformasi.

Angka pertumbuhan 7 persen disebutnya tak pernah tersentuh puluhan tahun belakangan.

"Ada bertanya ke kami, mungkinkah dapat pertumbuhan ekonomi 7 persen dalam 1 tahun?. Dalam sejarah reformasi belum pernah. Tahun 1989-1991 itu dicapai terakhir," jelas Prof Mahfud MD.

Prof Mahfud MD mengaku sampai bertanya ke ahli ekonomi Indonesia.

Prof Mahfud berkeliling berdiskusi terkait pertumbuhan ekonomi di Indonesia

"Karena kebodohan, kita tidak bisa naikikan ke 7 persen," kata Prof Mahfud MD.

"Kita memiliki sumber daya alam hebat," tegasnya.

Masalahnya, sumber daya alam tersebut disebut tidak dikelola dengan baik.

Ditambah tindak korupsi yang masih menyelinap diantara rencana pembangunan.

"Masalahnya banyak korupsi di belanja pemerintah, ekspor, impor dan investasi," kata Prof Mahfud MD.(erlan)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved