Camat Rantepao Mengundurkan Diri

Demi Harga Diri, Rumpun Tongkonan Banua Sura' Limbong Ba'lele Dukung Camat Rantepao Mundur

TR pun meminta agar Bupati Toraja Utara gentelman mengakui di hadapan ASN dan masyarakat perihal perlakuannya itu.

Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Apriani Landa
ist
Bupati Toraja Utara, Yohanis Bassang (kiri) dan Camat Rantepao, Jeniaty Rike Ekawaty 

TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO - Jeniaty Rike Ekawaty ST MM memutuskan mundur dari jabatan Camat Rantepao karena merasa sakit hati kepada Bupati Toraja Utara, Yohanis Bassang, mempermalukannya di depan umum.

Disebutkan bahwa Ombas-sapaan Yohanis Bassang, memarahi Jeniaty bahkan mengusirnya dari panggung saat apel gabungan di Lapangan Bakti, Senin (11/12/2023) pagi.

Tidak terima diperlakukan seperti itu, Jeny membuat surat pengunduran dirinya yang ditujukan kepada Bupati Toraja Utara tertanggal 13 Desember 2023.

Diketahui bahwa jabatan camat diberikan oleh Bupati. Jadi, camat bertanggung jawab langsung kepada bupati.

Jeniaty Rike Ekawaty berasal dari rumpun Tongkonan Banua Sura' Limbong, Ba'lele.

Ba'lele merupakan kawasan yang sekarang berada Lapangan Bakti, Rantepao.

Salah satu keluarga dari Tongkonan Banua Sura' Limbong, TR, mengatakan bahwa apa yang dilakukan Jeny sudah tepat, jika memang mendapat perlakuan yang tidak baik di depan umum.

"Kalau memang benar perlakukan Bupati Toraja Utara, Yohannis Bassang, ke anak, sepupu, keponakan, cucu kami maka sikap surat pengunduruan diri itu sudah benar," kata TR kepada Tribun Toraja, Sabtu (16/12/2023).

"Itu adalah adalah sikap dan harga diri," tambahnya.

TR pun meminta agar Bupati Toraja Utara gentelman mengakui di hadapan ASN dan masyarakat perihal perlakuannya itu.

Namun, sampai saat ini, sampai kabar ini telah viral, Yohanis Bassang alias Ombas belum juga memberikan klarifikasi.

Diberitakn sebelumnya, Jeniaty Rike Ekawaty mengajukan surat pengunduran diri dari jabatannya Camat Rantepao, Toraja Utara.

Alasannya, ia merasa dipermalukan oleh Bupati Toraja Utara, Yohanis Bassang saat apel gabungan di Lapangan Bakti, Rantepao, Toraja Utara, Senin (11/12) lalu.

Informasi yang diterima Tribun menyebutkan, Camat Rantepao, Jeniaty Rike Ekawaty, dimarahi oleh Yohanis Bassang saat upacara tengah berlangsung.

Tak hanya dimarahi, Jeniaty dikabarkan diusir dari panggung kehormatan oleh bupati.

Salah seorang kepala seksi di Pemkab Toraja Utara berinisial JG menceritakan, saat upacara tengah berlangsung, Bupati meminta penjelasan camat mengenai progres penjualan payung.

Hasil penjualan payung itu nantinya akan digunanakan oleh Pemkab Toraja Utara untuk perayaan Natal.

"Saat itu, pak bupati mempertanyakan sudah sampai mana progres penjualan payung tersebut," kata JG.

Sebelumnya, seluruh ASN di Toraja Utara diminta membeli payung seharga Rp100 ribu untuk perayaan Natal.

Saat Camat menghampiri Bupati di atas panggung untuk memberi penjelasan.

Namun sebelum tiba di dekat panggung, menurut JG, bupati marah dan mengusir camat. Bupati juga mengeluarkan kata-kata kasar ke sang camat.

"Tapi saya dengar kabar katanya Pak Bupati mengatakan dia tidak marah, hanya melarang Ibu Jeny mendekat karena podium dan sekitar podium itu sangat licin, banyak genangan air habis hujan," ucap JG.

Akan tetapi, dalam perkembangannya, setelah peristiwa itu, di media sosial, beredar surat pengunduran diri Jeniaty Rike Ekawati sebagai Camat Rantepao.

Dalam surat yang disertai materai Rp 10 ribu tersebut, alasan Jeniaty mundur karena prinsip hidup serta ketidaknyamanan dengan kondisi kerja.

Di surat itu disebutkan pula bahwa Jeaniaty mengaku sudah berusaha total bekerja selama ini namun tetap merasa tidak nyaman.

Informasi lain menyebutkan, Jeniaty mundur karena merasa tersinggung dengan pernyataan Bupati Toraja Utara.

Dikonfirmasi mengenai surat pengunduran diri tersebut, Jeniaty membenarkannya. Kendati demikian, ia enggan berkomentar banyak.

"Terima kasih sudah berkunjung. Untuk hal tersebut (pengunduran diri), saya 'no komen' dulu," katanya kepada Tribun Toraja.

"Itu sudah keputusan saya. Belum bisa memberikan keterangan ya, biarlah saya tenangkan pikiran dulu," tuturnya.

Dikonfirmasi terpisah, Sekda Toraja Utara, Salvius Pasang, mengaku sudah mendengar polemik Camat Rantepao tersebut.

Meski begitu, ia mengaku belum menerima surat pengunduran diri Jeny.

Ia mengatakan, persoalan itu mungkin karena terjadi miskomunikasi antar Bupati Toraja Utara dan Camat Rantepao.

"Mungkin miskomunikasi itu. Semoga ada jalan tengah," tutur alumni Unhas ini.

Reaksi Ba’lele

Jeniaty Rike Ekawaty ST MM merupakan alumni SMA 1 Nabire, Papua.

Ibunya bernama Alfrida Rassi, seorang pensiunan guru. Sedangkan ayahnya bernama (alm) Phiter Tangke Rombe, mantan Sekda Kabupaten Paniai dan juga Pj Bupati Paniai, Papua

Ia merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.

Di media sosial, khususnya Facebook, surat pengunduran diri Jeny juga beredar dan banyak dikomentari oleh para netizen.

Sala seorang netizen yang mengaku sebagai adik Jeny, Angel Nita, dalam kolom komentar mengatakan, alasan Jeny mendur karena merasa dipermalukan oleh Bupati Toraja Utara, Yohanis Bassang di depan umum.

“Karena kami bukan KAUNAN - nya pak Bupati yang dipermalukan seenaknya di depan umum. Yang dimana bukan kesalahannya ibu Jeny tetapi ibu Jeny yang diusir dari atas podium dari (oleh) pak Bupati layaknya Ibu Jeny seekor Binatang, tanpa Pak Bupati mau mendengarkan penjelasan terlebih dahulu dari ibu Jeny,” tulis Angel.

Angel juga menyinggung harga diri keluarganya. Ia menjelaskan bahwa Jeny adalah keturunan penghuni Ba'lele, kawasan yang sekarang berada Lapangan Bakti, Rantepao.

“Ibu Jeny adalah anak dari almarhum bapak PTR yng asli dari Ba’lele tetapi dipermalukan di atas tanah Ba’lele sendiri (lapangan bakti)."

"Harga diri keluarga adalah HARGA MATI! Tidak bisa dibayar dengan apapun,” tulis Angel.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved