Musim Kemarau, Suhu di Toraja Bisa Turun 3-14 Derajat Celcius

Toraja dengan topografi pegunungan dan dataran tinggi tentu suhunya akan berbeda dengan daerah di dataran rendah.

Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Apriani Landa
(Shutterstock.com)
Ilustrasi suhu rendah, suhu dingin. 

TRIBUNTORAJA.COM - Memasuki musim kemarau, suhu di Toraja kian dingin. Kondisi ini mulai terasa memasuki bulan Juli 2023 ini.

BMKG Toraja menjelaskan bahwa secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau di bulan Juli.

Dan, di waktu yang bersamaan, terjadi fenomena Aphelio.

Aphelion merupakan jarak terjauh bumi dengan matahari, dimana peristiwa ini terjadi berulang tiap satu tahun sekali, dan biasanya terjadi pada bulan Juli karena gerak rotasi Bumi.

BMKG memastikan bahwa fenomena Aphelio tidak terkait dengan suhu dingin di Toraja. Tapi karena memang sudah memasuki musim kemarau.

Disebutkan bahwa semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, maka suhu akan semakin turun.

Toraja dengan topografi pegunungan dan dataran tinggi tentu suhunya akan berbeda dengan daerah di dataran rendah.

Suhu akan mengalami penurunan sebesar 0.5 - 0.6°C setiap perubahan ketinggian 100 meter, artinya setiap kenaikan ketinggian 100m maka suhu udara akan turun 0.5 - 0.6°C.

Seperti diketahui bahwa Toraja berada di ketinggian ketinggian antara 600 meter - 2800 meter dari permukaan laut (MDPL).

Artinya, suhu di Toraja akan mengalami penurunan antara 3-14 derajat Celcius.

Warga Toraja mulai merasakan suhu dingin ini. Walau beraktivitas di siang hari pun, udara dingin seperti menusuk ke tulang.

"Dingin sekali, apalagi kalau keluar pagi-pagi," kata Yunus, warga Makale.

"Kalau malam harus tambah selimut karena dingin sekali padahal tidak pakai AC," tambah Anis, warga Buntao, Toraja Utara.

BMKG menyebutkan, posisi matahari yang sekarang berada di BBU (Belahan Bumi Utara) atau di utara ekuator menyebabkan suhu tinggi di wilayah utara ekuator dengan tekanan rendah, dan begitupun sebaliknya. Bagian selatan ekuator mengalami suhu dingin dan bertekanan tinggi.

Peristiwa ini menyebabkan massa udara bertiup dari benua Australia (tekanan tinggi) ke benua Asia (tekanan rendah).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved