Wisata Toraja
Sejarah Tilangnga yang Perlu Kamu Tahu, Dijaga Tiga Rumpun Keluarga dan Misteri Masapi
Yang perlu diketahui bahwa tempat ini dijaga oleh rumpun keluarga. Mereka ini menjaga tempat tersebut turun temurun.
Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Apriani Landa
TRIBUNTORAJA.COM - Tilangnga merupakan salah satu kolam purba yang ada di Toraja.
Lokasinya di Kelurahan Sarira, Kecamatan Makale Utara, Tana Toraja.
Letaknya 8 km dari kota Makale arah ke utara dan 1,5 km dari jalan Poros Makale-Rantepao.
Masuk ke tempat wisata ini cukup bayar Rp 10 ribu per orang.
Tempat ini identik dengan ikan belut bertelinga atau Moa yang orang Toraja sebut Masapi, ikan endemik di sini.
Selain itu, misteri kedalaman kolam dan keindahan alam Tilangnga menjadi daya tarik wisatawan.
Yang perlu diketahui bahwa tempat ini dijaga oleh rumpun keluarga. Mereka ini menjaga tempat tersebut turun temurun.
Ada tiga tiga keluarga penjaga Tilangnga.
Pertama, rumpun keluarga Ne' Tamma'.
Kedua, rumpun keluarga Ne' Karre'.
Ketiga, rumpun keluarga Ne' Palangngan.
Tokoh adat setempat, Ambe' M Sappe, menceritakan bahwa yang menemukan tempat ini (Tilangnga) adalah penguasa tanah (Panglili') di lokasi tersebut.
Ambe' M Sappe mengatakan, waktu dulu Panglili' di tempat tersebut didatangi orang yang berasal dari daerah Lambun.
Saat ia memasuki wilayah (Tongkonan) Rorre, Panglili' menegurnya.
"Mengapa kalian memasuki wilayah (Tongkonan Rorre) kami, tanpa melapor sama sekali," ucapnya.
Lalu orang dari Lambun itu pun kembali, tapi kemudian datang dengan banyak orang.
Saat itu Panglili' di wilayah Tongkonan Rorre ini tinggal di daerah yang disebut To' Sadipe.
Ia menambahkan, saat orang-orang Lambun datang langsung menunjuk Panglili'.
"Jadi Panglili' ditunjuk oleh orang Lambun dan mengatakan ini dia yang memarahi saya karena tidak melapor saat memasuki wilayah ini," tuturnya.
Lalu orang-orang Lambun mengejar Panglili' tapi tidak berhasil mendapatkannya.
Panglili' lari dari pengejaran orang-orang Lambun dan memasuki kolam alam Tilangnga' ini.
Orang-orang Lambun berhasil mengejarnya, dan Panglili' langsung turjun ke kolam Tilangnga' untuk bersembunyi.
Orang yang mengejar Panglili' ini menunggunya, tapi tapi tak kunjung keluar.
Jadi menurut cerita orang tua dulu, kolam ini merupakan kuburan dari Penguasa Rorre' (Kaburu'na Panglili'na Rorre).
"Entah sudah meninggal atau ada hal lain," ucap Ambe' M Sappe.
Begitupun ikan Masappi' (Moa), di sini tidak boleh dikonsumsi.
Karena menurut cerita orang tua, mungkin saja, Panglili' itu yang menjadi Masappi' di bawah sana.
Masappi' baru boleh diambil jika ikan belut itu turun ke sawah. Itu tidak apa-apa dikonsumsi.
Ambe berambut putih ini menjelaskan, dulu pernah ada orang yang mengambil Masappi' di sini.
Tak berselang lama, setelah ia mengelola Ikan Masaappi' itu, tubuhnya meleleh dan ia meninggal dunia.
Lanjutnya lagi, dulu ada orang yang memancing (Masappi') di sini.

Ketika ia mendapatkan Masappi' tersebut, ia menariknya keluar dari kolam. Tapi yang mengejutkan, air dalam kolam ini seolah-olah mengejar ikan yang telah dipancing itu.
"Jadi saat ditarik, air di kolam ini ikut mengejar ikan yang ditarik itu. Akhirnya pancing itu dipotong, air pun kembali ke kolam beserta ikannya," jelasnya.
Maka dari itu, Masappi' di sini sangat dilarang untuk diambil.
Ikan Masappi' ini terbilang cepat bergenerasi, jika yang besar-besar sudah mati, maka yang kecil bermunculan.
"Jika ikan Masappi' ini mati, maka kami (ketiga rumpun keluarga penjaga) menguburkan ikan tersebut di tempat yang ada tanahnya," ucap Ambe' M Sapp.
Ikan Masappi' ini akan mengambang jika sudah mati.
Ikan Masappi' juga mempunyai mitos atau cerita lainnya.
Menurut orang tua dulu, Masappi' ini membersihkan daun-daun yang berguguran di kolam pada malam hari .
Dengan cara membawa ranting dan daun kering yang jatuh ke tepian kolam.
"Jadi malam hari dia bawa ini semua, ke tepian kolam," tuturnya.
Makanan untuk Masappi' ini ialah telur ayam kampung atau telur bebek mentah.
Selain dari kedua jenis telur ini, tidak diperbolehkan untuk diberikan.
Karena pernah diberikan jenis telur lain, tapi Masappi' mati saat itu.
Yang biasanya anak-anak di sini memberi makan ikan tersebut.
Jika pengunjung sepi, maka ikan Masappi' ini berani keluar dari persembunyiannya di dasar kolam.
Ikan Masappi' juga biasa mengonsumsi lumut yang ada di bebatuan di kolam ini.
Keunikan kolam ini, walaupun di musim kemarau panjang, air kolam Tilangnga' tidak pernah kering.
Hanya surut sebentar lalu kembali seperti semula.
Selain itu pantangan di Tilangnga' ini, dilarang untuk orang yang berkunjung yang baru saja berduka dan menggunkan baju atau atribut serba hitam.
Juga pengunjung yang telah mengonsumsi jagung maupun yang membawa jagung ke sini, tidak boleh.
Selain jagung, Piong Bo'bo' (papiong nasi) juga dilarang, bahkan seluruh jenis Piong tidak boleh, menurut kepercayaan orang tua dulu.
Juga jenis makanan daging-dagingan dilarang di bawah turun ke sini, dipercaya kalau dibawa turun akan hilang secara sendirinya daging tersebut.
Juga dilarang meludah di sembarang tempat, apalagi ke dalam kolam.
Jika ingin meludah harus menggunakan daun kayu sebagai media pengalasnya.
Menurut Ambe' M Sappe, untuk sekarang, terbilang susah untuk mengawasi satu persatu pengunjung.
Tapi dulu-dulu, sangat pantang sekali untuk dilanggar.
Kepercayaan Aluk Todolo (kepercayaan masyarakat Toraja) dulu masih kental.
Walaupun Agama Nasrani, Islam, dan lain sebagainya sudah mulai disebarkan di Toraja tapi masyarakat tetap menjaga dan melestarikan adat yang ada turun temurun.(*)
Mau Liburan ke Toraja? 6 Objek Wisata Kuburan Batu Ini Sayang Dilewatkan |
![]() |
---|
Bukit Ollon Tana Toraja, Cerita Hamparan Pegunungan, Padang Rumput dan Lekukan Sungai |
![]() |
---|
Kapolres Tana Toraja: Tidak Ada Aksi Premanisme di Pango-pango, yang Ada Orang Ciuman |
![]() |
---|
Disparpora Tana Toraja Tak Bisa Atasi Aksi Premanisme di Objek Wisata Hutan Pinus Pango-pango |
![]() |
---|
Wisatawan Asal Bontang Terpukau Lihat Londa, Harap Ada Wisata Hiking di Toraja |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.