Kolam Purba Tilangnga Toraja, Sarat Mitos di Balik Kesegaran Airnya

Airnya jernih dan sejuk, lebih ke dingin bagi yang tidak biasa dengan suhu Toraja yang berada di ketinggian.

|
Penulis: Apriani Landa | Editor: Apriani Landa
TribunToraja/nda
MASAPI - Anak-anak setempat memberi makan Masapi alias belut bertelinga, penghuni kolam Tilanga' Toraja. 

TRIBUNTORAJA.COM - Tilangnga merupakan salah satu kolam purba yang ada di Toraja, tepatnya di Kelurahan Sarira, Kecamatan Makale Utara, Tana Toraja.

Letaknya 8 km dari kota Makale arah ke utara dan 1,5 km dari jalan Poros Makale-Rantepao.

Masuk ke tempat wisata ini cukup bayar Rp 10 ribu per orang.

Tempat ini memiliki mitos. Justru, mitos inilah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Tilanga'.

Pemandangan di sekitar kolam alami ini sangat sejuk dan hijau, pengunjung akan disambut dengan rimbunnya pohon bambu serta sisi kolam ditumbuhi banyak pohon, siap memberikan kesegaran yang luar biasa.

Tilangnga merupakan sumber mata air. Maka tidak salah jika tempat ini tidak pernah kering.

Airnya jernih dan sejuk, lebih ke dingin bagi yang tidak biasa dengan suhu Toraja yang berada di ketinggian.

Sepintas, ada tiga kolam yang ada di permandian Tilanga' ini yang sekelilingnya dibalut batu gamping, bebatuan itu terbentuk secara alami dan dipertahankan sampai saat ini.

Kolam utama, kedalamannya masih misteri. Jika sepintas, dari daratan, kolam ini dangkal. Saking jernihnya, pengunjung bisa melihat bebatuan di dasar kolam.

Namun, jangan salah. Kedalamannya bisa beberapa meter. Ada yang menyebut 8 meter, ada yang menyebut 10 meter.

Nah, kedalamannya bisa dibuktikan dari lompatan penduduk setempat ataupun pengunjung untuk uji adrenalin.

Yap, biasa penduduk lokal siap melompat dari dahan pohon dengan ketingguan hingga 10 meter dari permukaan air tapi dengan imbalan, minimal Rp 5 ribu per pengunjung.

TILANGA' - Pengunjung menikmati bermain air di kolam Tilanga'
TILANGA' - Pengunjung menikmati bermain air di kolam Tilanga' (TribunToraja/nda)

Melompat dari ketinggian 10 meter, itu pun pelompat tidak mampu mencapai dasar dari kolam tersebut. Kekhawatiran bahwa pelompat akan terbentur batu di dasar kolam tidak pernah terjadi.

Misteri lainnya dari kolam Tilanga' ini adalah hidupnya hewan endemik purba yaitu belut bertelinga atau moa yang oleh masyarakat Toraja disebut Masapi.

Masapi ini hidup di antara bebatuan gamping yang ada di sisi kolam. Bagi masyarakat setempat, Masapi ini adalah penunggu kolam tersebut.

Bahkan mitosnya, raja masapi akan keluar pada malam hari untuk membersihkan kolam dari dedauan yang jatuh ke kolam.

Belum ada pembuktian secara ilmiah dan fakta konkrit, tapi kepercayaan ini terbentuk karena pada pagi hari kolam Tilanga selalu terlihat bersih meski tidak ada yang membersihkan.

Padahal di hari sebelumnya ditemukan cukup banyak daun pohon yang gugur dan berserakan di sekitar kolam.

Konon katanya, di Tilanga' ini ada masapi dengan warna putih, padahal umumnya masapi berwarna hitam atau kecoklatan.

Masapi tersebut dikaitkan dengan pesan keberuntungan. Jadi bagi orang yang bisa melihat masapi putih, konon permintaan serta harapannya akan terkabul. Apalagi jika melihat masapi warna belang putih dan hitam.

Masapi yang berwarna belang belang putih dan hitam ini disebut sebagai masapi bonga dan dipercaya memiliki keberuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan masapi yang lain.

Sayangnya melihat Masapi ini tidak bisa dilakukan dengan mudah, karena hanya sebagian orang yang dapat melihatnya.

Jumlah Masapi dalam kolam ini tidak terhitung pasti.

Saat Tribuntoraja berkunjung, anak-anak lokal mencoba memanggil Masapi keluar dari persembunyiannya dengan telur bebek mentah.

Katanya, yang "memanggil" masapi ini untuk keluar tidak boleh sembarang orang, melainkan harus anak anak. Karena menurut legenda, anak kecil yang berhasil memanggil masapi keluar dengan menjentik jentikkan jari ke dalam kolam.

Beruntung, karena saat itu yang keluar masapi dengan ukuran besar, warna kecoklatan, panjangnya sekitar 1 meter dengan diameter sebesar betis pria dewasa.

Belut umumnya sebesar dua jari manusia. Bandingkan dengan Masapi yang ada di Tilanga' ini.

Tidak hanya satu, ada dua masapi yang keluar saat itu. Satunya berukuran lebih kecil sebesar lengan manusia, dan warnanya lebih gelap.

"Tidak bisa kita kasi' keluar yang besarnya semua, bisa-bisa berkelahi mereka," tutur seorang anak.

Untuk mengeluarkan masapi dari persembunyiannya cukup unik. Jentikkan jari ke permukaan air sehingga menimbulkan bunyi dan perlahan turunkan telur ke permukaan air. Aroma amis akan memancing mereka keluar.

Cara makan masapi pun unik. Hanya dengan sekali hisap, kuning telur bebek langsung ludes masuk ke perut si Masapi.

Jangan berpikir bahwa masapi ini hewan ganas dan liar.

Justru yang di Tilanga' ini sangat jinak. Masapi yang besar ini tidak ragu-ragu mendekat ke anak yang memberinya telur.

Bahkan, beberapa kali dielus-elus dan meliuk-liuk di kakinya. Masapi ini juga tidak takut saat dipegang. Namun, jika akan diangkat dan dikeluarkan dari air, masapi ini akan berontak.

Tidak ada makan siang yang gratis. Slogan ini sepertinya berlaku bagi anak-anak di sekitar Tilanga'. Mereka meminta upah memberi makan masapi.

Ini juga menjadi ladang cuan bagi anak-anak untuk sekedar mengumpulkan uang jajan.

"Sehari kadang dapat Rp 20 ribu. Kalau ramai, bisa dapat Rp 80 ribu," kata seorang anak.

Masapi ini tidak boleh keluar dari kolam atau dipancing. Siapapun yang mengambil masapi tersebut, menurut kepercayaan masyarakat setempat, akan kena musibah.

Konon masapi ini tak bisa dipancing dan bila ada yang memancingnya maka masapi yang ditarik ini takkan ada ujungnya.

Menurut masyarakat sekitar bahwa pernah ada yang memancing ikan tersebut dan mencoba menariknya namun masapi tersebut tidak berujung hingga pemancing tersebut mengembalikannya ke kolam itu.

Beberapa hari kemudian, tersiar berita bahwa orang yang memancing itu meninggal tanpa sebab.

"Tidak boleh dimakan ini masapi di sini. Karena mereka saudara kami. Kalau ada yang makan, nanti kami kena sakit atau meninggal," ucap salah satu warga di sana saat ditemui beberapa waktu lalu.

Di luar mitosnya yang sangat melegenda itu, tempat ini asik buat mandi-mandi atau bermain air.

Pengunjung bisa mandi di kolam Tilanga' ini. Meski ada hewan, tapi tidak ada aroma amis dari kolam tersebut.

Airnya segar dan menyejukkan. Cobalah mencelupkan kaki ke air kolam, sadar atau tidak sadar, Anda akan merasakan sensasi kesegaran menjalar dari kaki hingga ke kepala.

Pikiran akan rileks karena didukung dengan pemandangan pepohonan yang rimbun di sekitar kolam, serta suara gesekan daun bambu yang tertiup angin.

Pengunjung bisa mandi di kolam sepuasnya dan tidak perlu khawatir dengan masapi. Karena Karena masapi di Tilanga cukup bersahabat dan tidak akan mengganggu manusia.

Tapi, sebaiknya mandi di kolam yang lebih kecil karena airnya dangkal. Tapi, jika berani bisa juga sesekali berenang ke kolam utama. Tidak bisa berenang, bisa menggunakan ban, Anda akan terlihat seperti melayang karena air di bawahnya sangat jernih.

Perlu dicatat bahwa di sini hanya boleh berenang dan menyelam saja, tidak boleh menggunakan produk seperti sabun, shampo, atau produk lainnya yang mengandung deterjen.

Hal ini dilakukan demi menjaga kelestarian hidup dari masapi serta makhluk hidup lainnya yang tinggal di Tilangnga'.

Tidak ingin mandi dan main air, Anda bisa duduk di sisi kolam sambil menikmati pemandangan sekitar yang begitu memanjakan mata. Semilir angin siap membuai Anda.(*/nda)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved