Tekno

Google Beli Rp 50 Triliun Saham Penambang Bitcoin, Ada Apa?

Google resmi membeli 5,4 persen saham Cipher Mining senilai Rp 50 triliun. Investasi ini terkait proyek pusat data AI bersama Fluidstack di Texas.

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
int/lmd.lk
BITCOIN - Google. Google resmi membeli 5,4 persen saham Cipher Mining senilai Rp 50 triliun. Investasi ini terkait proyek pusat data AI bersama Fluidstack di Texas. 

TRIBUNTORAJA.COM - Raksasa teknologi Google resmi membeli 5,4 persen saham perusahaan penambang Bitcoin, Cipher Mining, senilai 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 50 triliun.

Kepemilikan saham ini merupakan bagian dari kesepakatan antara Cipher dengan penyedia layanan komputasi Fluidstack dalam pengembangan pusat data dan komputasi kecerdasan buatan (AI).

Dalam proyek tersebut, Cipher berkomitmen menyediakan 168 megawatt kapasitas data center di Barber Lake, Texas.

 

 

Fluidstack akan menyewa fasilitas tersebut, sementara Google bertindak sebagai penjamin kewajiban sewa senilai 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp 23,3 triliun).

Dengan jaminan itu, Google memperoleh waran untuk membeli 24 juta lembar saham Cipher, setara 5,4 persen kepemilikan.

Fasilitas Barber Lake sendiri memiliki kapasitas maksimum 244 megawatt dengan potensi perluasan hingga 500 megawatt di atas lahan seluas 587 hektare.

 

Baca juga: Harga Bitcoin Tembus USD101 Ribu Usai Serangan AS ke Iran, Sentimen Pasar Kripto Melemah

 

Cipher menilai fasilitas tersebut ideal untuk mendukung kebutuhan komputasi generasi baru.

Proyek ini ditaksir menghasilkan pendapatan 3 miliar dolar AS (Rp 50 triliun) dalam 10 tahun pertama, dengan opsi perpanjangan lima tahun yang bisa meningkatkan total pendapatan menjadi lebih dari 7 miliar dolar AS (sekitar Rp 116 triliun).

Kesepakatan Cipher dan Fluidstack dengan dukungan Google menandai tren baru perusahaan penambang kripto yang beralih ke komputasi AI.

 

Baca juga: Harga Bitcoin Tembus Rp 1,96 Miliar, Ethereum Ikut Panas Sentuh Level Tertinggi Sejak 2021

 

Sebelumnya, CleanSpark mengumumkan pendanaan 100 juta dolar AS (Rp 1,6 triliun) untuk infrastruktur AI, sementara Hive Digital memperluas bisnis ke layanan GPU dan AI hingga mencetak rekor pendapatan pada kuartal pertama tahun fiskal 2025.

Peralihan bisnis penambang Bitcoin ke sektor AI sebenarnya sudah berlangsung beberapa tahun terakhir.

Langkah ini dipicu penurunan pendapatan penambangan kripto yang mendorong modifikasi fasilitas agar relevan dengan kebutuhan pasar AI.

 

Baca juga: Cara Amerika Serikat Bombardir Iran Tanpa Terdeteksi: Operasi Senyap Pesawat Siluman

 

Core Scientific menjadi salah satu contoh.

Sejak 2019, perusahaan asal AS itu mulai diversifikasi ke AI.

Pada 2024, mereka bermitra dengan CoreWeave untuk menyediakan sekitar 200 megawatt infrastruktur komputasi.

 

Baca juga: Harga Bitcoin Tembus Rp1,99 Miliar, Tembus All Time High

 

CoreWeave sendiri merupakan perusahaan penyedia GPU berbasis cloud yang didukung Nvidia.

CEO Core Scientific, Adam Sullivan, menjelaskan fasilitas penambangan Bitcoin pada dasarnya adalah infrastruktur daya yang bisa dialihfungsikan menjadi pusat data.

Meski tetap menjadi salah satu penambang terbesar, perusahaan itu kini menargetkan model bisnis yang lebih terdiversifikasi dengan arus kas yang stabil.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved