Demokrasi yang Membusuk dan Penghianatan Kaum Intelektual?

Para pemilih pemula, yang kelak boleh jadi akan menjadi pemimpin 10 atau 20 tahun ke depan,  sudah menikmati uang politik? 

|
Editor: Apriani Landa
TRIBUN-TIMUR.COM / SAUKI
PSU PALOPO - Penghitungan suara hasil PSU Palopo di sebuah Tempat Pemungutan Suara (TPS), Sabtu (24/5/2025). 

Adakah marwah dari titah Sang Gubernur, yang dengan jelas menurunkan Tim Satgas Anti Money Politik di Kota Palopo?

Saya sangat yakin bahwa mereka-mereka yang terhormat ini, Gubernur, para penyelenggara, pengawas, aparat hukum, serta para tokoh intelektual kota Palopo, sesungguhanya adalah  para intelektual terpilih untuk mengawal moral demokrasi. 

Bahwa demokrasi itu bukan hanya soal tanggunggungjawab menjalankan proses demokrasi yang prosedural, tapi juga secara moral bertanggungjawab melahirkan demokrasi substansial, yaitu melahirkan kepemimpinan yang jujur dan bersih demi masa depan sebuah daerah, dan masa depan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. 

Mudah-mudahan para tokoh, penyelenggara dan pengawas yang intelek ini, tidak sedang mengkhianati kecerdasan dan moral intelektual mereka. Kami berharap, mereka dengan berani menyatakan, bahwa yang benar adalah benar.

Hal ini seperti yang dikatakan Julian Benda (1867-1956), seorang novelis dan filsuf Prancis dalam bukunya La Trahison des Clercs (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Winarsih P Arifin dengan judul “Pengkhianatan Kaum Intelektual" ). 

Buku ini banyak menjadi rujukan oleh para cendekiawan dunia, termasuk kaum intelektual di Indonesia. 

Kata Julian Benda, "Dosa besar seorang intelektual adalah ketika ia mengetahui kebenaran, tapi takut dan tak mau mengungkapkan kebenaran itu." 

Tabe.

Penulis: Saparuddin Santa
Peneliti dan Direktur Eksekutif Visi Indonesia Consulting

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved