Film 'Solata' Masih Antre Tayang di Bioskop, Sutradara: Tolong Lebih Adil dan Kejelasan Jadwalnya

Ichwan membandingkan dengan Amerika yang bisa mengumumkan jadwal tayang sebuah film setahun sebelumnya.

Penulis: Redaksi | Editor: Apriani Landa
dok pribadi
SOLATA - Adegan dalam film Solata memperlihatkan Angkasa (Rendy Kjaernett) dan Febe (Rachel Natasya ex JKT48) bertengkar hebat hingga hubungan keduanya retak. Sutradara film Solata, Ichwan Persada, berharap pemerintah dan jaringan bioskop memberikan kejelasan mekanismes jadwal tayang film di bioskop. 

TRIBUNTORAJAC.COM, JAKARTA - Salah satu film yang mengangkat tentang pendidikan dan kebudayaan berlatar Toraja adalah SOLATA [Teman Adalah Keluarga Yang Kita Pilih].

Sayangnya, film yang mengambil gambar di Ollon, Tana Toraja, serta Toraja Utara, Palopo, dan Jakarta ini masih antre untuk bisa tayang di bioskop.

Proyek film "Solata" mulai diumumkan pada Desember 2022 ketika tim kecil produksi saat itu berkunjung ke bakal lokasi utama syuting yaitu di Ollon, Tana Toraja. 

Karenanya, hingga hari ini terhitung proyek film Solata sudah menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 tahun.

Selain mengambil genre keluarga yang dianggap tak cukup popular, film 'Solata' juga mengedepankan isu akses pendidikan bagi anak-anak di pedalaman yang terbilang jarang dibahas di film Indonesia. 

Sutradara/produser film, Ichwan Persada, mengaku garapan film Indie masih jarang diperhatikan pemerintah.

Hal ini membuatnya kecewa. Apalagi, mekanisme yang cenderung tertutup terkait jadwal tayang di bioskop. 

Ichwan tahu bahwa pokok masalahnya adalah daftar antre film yang super panjang dan jumlah layar bioskop yang kurang memadai dan tak bisa menampung lebih dari 200-300 judul produksi film Indonesia setiap tahunnya.

Ia juga telah menyampaikan uneg-unegnya saat bertemu dengan Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, dalam acara Layar Basua yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan beberapa waktu lalu di Gedung A Kementerian Kebudayaan. 

Di acara yang sama juga dihadiri oleh Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian; Direktur Film, Musik dan Seni dari Kementerian Kebudayaan, Saifullah Agam; juga beberapa tokoh senior seperti Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, dan Niniek L Karim. 

“Kami dari rumah produksi independen, bukan dari rumah produksi besar, butuh waktu lama sekitar 2 tahunan mengumpulkan uang untuk memproduksi film. Dan untuk menunggu jadwal tayang pun masih butuh waktu lama," katanya. 

"Padahal kami memproduksi film yang justru kurang dekat apa dengan dunia pendidikan dan kebudayaan," tambahnya lagi.

Ia pun meminta kepada pihak eksibitor, dalam hal ini jaringan bioskop XXI, lebih adil dalam memberikan jadwal tayang untuk penggiat film independen. 

“Kita tahu diri untuk tak minta tanggal-tanggal bagus seperti momen libur Lebaran, liburan sekolah atau libur akhir tahun, tapi paling tidak ada kejelasan mekanisme sehingga kita bisa mempromosikan film dari jauh-jauh hari dan bisa lebih maksimai," katanya dalam pesan kepada Tribun Toraja, Jumat (2/5/2025).

Pria berdarah Makassar ini membandingkan dengan Amerika yang bisa mengumumkan jadwal tayang sebuah film setahun sebelumnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved