Ujian Skripsi, Mahasiswa Teologi UKI Toraja Kaji Kekerasan Seksual hingga KDRT

Topik tersebut mulai dari teologi dan budaya, teologi dan lingkungan hidup, hingga perkawinan paksa dan teologi tubuh.

Penulis: Muhammad Rifki | Editor: Apriani Landa
ist
Yudisium pada Rapat Senat mahasiwa Fakultas Teologi UKI Toraja. 

TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE - Pelaksanaan ujian skripsi Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja telah berlangsung sejak Senin-Kamis (26-29/8/2024).

Dosen Teologi Fakultas Teologi UKI Toraja sekaligus Wakil Dekan I Fakultas Teologi UKI Toraja, Pendeta Johana Ruadjana Tandirerung, mengatakan, topik-topik kajian dari skripsi mahasiswa tingkat akhir ini menarik disimak.

Topik tersebut mulai dari teologi dan budaya, teologi dan lingkungan hidup, hingga perkawinan paksa dan teologi tubuh.

“Juga menyasar kawin paksa di bawah umur dan perkawinan toksik yang menjadikan Toraja cukup tinggi tingkat perceraiannya,” ungkap Pendeta Johana yang sekaligus Ketua Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) UKI Toraja, saat dikonfirmasi Selasa (3/9/2024).

Pendeta Johana mengatakan, beberapa mahasiswa membahas tentang tubuh, menawarkan gagasan teologis tubuh dan seksualitas.

“Di tengah-tengah masyarakat yang hampir tidak menghargai tubuh melalui konsumsi nikotin rokok, alkohol, makan berlebihan lemak, gula, dan sebagainya sampai perlakuan tidak senonoh terhadap tubuh.”

Padahal menurut Pendeta Johana, perlu dipahami bahwa tubuh ini sebagai bagian dari situs teologis.

“Bangunan pola ini harus diretas, salah satunya adalah penelitian-penelitian akademis dalam hal ini kajian-kajian teologis mengenai tubuh,” kata dia.

“Tubuh adalah situs teologis, di mana Allah hadir dalam ciptaan-Nya. Manusia secara utuh jasmani dan rohani, tubuh, jiwa dan roh adalah imago Dei atau Gambar Allah,” jelasnya 

Kekerasan seksual juga menjadi perhatian, jika melihat topik-topik yang dipaparkan dalam ujian skripsi yang ada.

Pada umumnya, pelaku kekerasan seksual adalah orang terdekat kata Pendeta Johana. 

“Terjadi pada umumnya karena relasi kuasa. Kakek terhadap cucu, suami terhadap istri, pimpinan terhadap pegawai, senior terhadap junior, dan secara umum pelakunya adalah laki-laki terhadap perempuan.”

“Kekerasan seksual yang marak terjadi sampai bunuh diri disinyalir akibat pengalaman kekerasan seksual dan sekaligus merupakan gambaran bagaimana tubuh tidak dilihat sebagai situs teologis sebagai manifestasi kehadiran Allah,” beber Pendeta Johana.

Selain itu, menurutnya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) juga menjadi salah satu bentuk kekerasan terhadap tubuh yang marak terjadi di tengah-tengah masyarakat bahkan di tengah-tengah keluarga-keluarga Kristen.

Beberapa judul skripsi tersebut di antaranya, Pembebasan perempuan: Membaca teks 1 Timotius 2:11-12 Menggunakan Hermenutikaa Investigasi, Eko-Eskatologi, Dari Ekosofi ke Kristosofi; Fatherless, Yesus sebagai To Pasali Rampa’, pergeseran dari to dipoambe ke to diposugi’, Beauty Privilege yang menyoal hak istimewa orang bagi yang memiliki wajah dan penampilan lebih menarik, hingga topik difabel.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved