Perubahan Iklim

Imbas Perubahan Iklim, Stok Pangan Terancam Menipis

Perubahan iklim akan menimbulkan krisis air karena kekeringan, yang mana merupakan akibat dari suhu yang semakin tinggi.

Editor: Muh. Irham
ist
Ilustrasi dampak perubahan iklim secara nyata 

Mengutip dari Reuters, kenaikan tarif bea ekspor diberlakukan otoritas India setelah para petani bawang bombay India dihadapkan oleh ancaman bencana el nino atau fenomena pemanasan permukaan laut di atas rata-rata.

Fenomena ini terjadi akibat adanya angin laut yang terus bertiup ke arah barat di sepanjang ekuator. Sayangnya pergerakan angin mendorong air berjalan ke wilayah Timur hingga menciptakan suhu permukaan laut yang lebih panas dari biasanya, di Asia suhu meningkat sekitar 0,2 derajat celcius dari tahun lalu.

Termasuk India turut mengalami musim panas yang lebih panjang dari tahun sebelumnya. Ancaman ini yang membuat harga bombay di negara Bollywood itu mengalami lonjakan tajam.

Dalam sebulan terakhir harga bawang bombai naik lebih dari 20 persen hingga harganya tembus menjadi 2.400 rupee atau sekitar 28,87 dolar AS per 100 kg.

“Imbas el nino, India dilanda penurunan curah hujan terendah sejak tahun 1901, kekeringan yang parah lantas merusak hasil panen tanaman,” jelas eksportir bawang yang berbasis di Mumbai.

"Sementara bawang yang dipanen selama bulan-bulan musim panas membusuk dengan cepat, dan pasokan baru tertunda. Situasi ini mendorong pemerintah mengambil tindakan pencegahan," tambah eksportir lainnya,

Tak hanya bawang, awal bulan kemarin PM Modi juga memberlakukan larangan ekspor beras jenis non basmati ke pasar dunia. Langkah ini diambil guna mengamankan pasokan beras dalam negeri lantaran belakangan ini sentra-sentra produksi beras seperti Punjab dan Haryana mengalami gagal produksi akibat gelombang panas mencapai 46 derajat celcius.

Selain memicu kenaikan harga pangan dan lonjakan inflasi tahunan India hingga naik tajam ke level tertinggi dalam 15 bulan terakhir yaitu 7,44 persen di bulan Juli. Bencana el nino yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka kemungkinan besar akan mendorong sejumlah negara Asia dan Afrika mengalami krisis pangan. Mengingat India sendiri menjadi pemasok biji – bijian dan beras terbesar di Asia, dalam setahun terakhir India sanggup menyumbang ekspor 21,5 juta ton beras per tahun.

Terpisah, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut, perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan kerugian ekonomi senilai Rp544 triliun.

"Diperkirakan dalam kurun 2020-2024, perubahan iklim itu akan menyebabkan kerugian ekonomi. Potensi kerugian ekonomi senilai Rp544 triliun. Karena itu diperlukan sebuah intervensi kebijakan," katanya.

Ia mengatakan, potensi kerugian ini akan berasal dari penggenangan pesisir, kelangkaan air, dan kecelakaan kapal.

"Penurunan produkitivas beras, peningkatan kasus penyakit sensitif, dan lain sebagainya," ujar mantan Ketua Umum PPP itu.

Dalam kesempatan sama, Suharso juga menjabarkan sejumlah data mengenai perubahan iklim di dunia, yang mana semakin hari semakin mengarah pada meningkatnya suhu rata-rata bumi.

"Berdasarkan laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), suhu rata-rata di muka bumi ini terus meningkat. Suku permukaan global ini sudah mencapai di atas 1,09 derajat celcius. Kenaikan dibandingkan periode 1850 ke 1900," katanya.

Ia mengatakan, angka ini diprediksi akan terus meningkat karena produksi dari gas rumah kaca ke atmosfer itu berlanjut tak henti. "Pada tanggal 16 Agustus 2023, tercatat konsentrasi karbondiokisda global di atmosfer mencapai 419,55 PPM atau naik 6,3 persen dari tahun 2011," ujar Suharso.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved