Mengapa Babi Penting dalam Ritual Adat Orang Toraja?

Babi tidak hanya dimaknai sebagai kurban, tetapi juga menyimpan makna yang lain seperti pendamaian, relasionalitas, dan nilai ekonomi.

Penulis: Freedy Samuel Tuerah | Editor: Apriani Landa
Freepik
Ilustrasi ternak babi. 

TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO - Babi merupaka salah satu hewan yang wajib ada saat ritual adat di Toraja, baik itu Rambu Tuka' (ritual kehidupan/kegembiraan) maupun Rambu Solo' (ritual kematian/kedukaan).

Kedua ritual itu membuktikan bahwa babi selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari siklus hidup orang Toraja.

Esensi babi dalam acara adat suku Toraja beberapa wilayah adat sangat penting.

Babi tidak hanya dimaknai sebagai kurban, tetapi bagi orang Toraja babi juga menyimpan makna yang lain seperti pendamaian, relasionalitas, dan nilai ekonomis.

Babi juga dikenal sebagai tanda perdamaian, bela sungkawa, berkat, persaudaraan, rasa syukur, dan pernikahan.

Yekhonya FT Timbang dalam buku "Teologi Kontekstual dan Kearifan Lokal Toraja (2020)" menyebutkan, Babi juga bukan pertama-tama dikurbankan supaya keluarga mendapat berkat, tetapi ia dikurbankan untuk melihat tanda pada darah, empedu, dan jantung.

Di Toraja, tiap wilayah adat memiliki prinsip dan aturan tersendiri mengenai ritual. Ada juga wilayah adat yang menggunakan membatasi jumlah babi dalam kegiatan adat mereka.

Salah satu wilayah adat di Nonongan, Toraja Utara, yaitu Ne' Rengnge Nonongan.

Pemangku adat Ne' Rengnge Nonongan, Arni Lande, mengatakan memang di beberapa wilayah adat ternak babi wajib ada dan dalam juga yang banyak, tetapi tidak semua wilayah adat sama.

"Kalau di Nonongan, saat mengadakan ritual adat yang menggunakan babi, Rambu Solo maupun Rambu Tuka, membatasi (jumlah) potong babi, itulah esensinya," ucapnya.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved