TACF 2023

Keinginan Hesti Yusniati Pasca Menari Pagellu 30 Jam, Ingin Budaya Toraja Tidak Dieksploitasi

Penari profesional yang mendapat julukan Hesti Nona Palalangan ini membawakan tarian khas Toraja yaitu Tari Pagellu tapi telah dikreasikan.

|
Penulis: Muhammad Rifki | Editor: Apriani Landa
TribunToraja/Rifki
Hesti Yusniati menari 30 jam nonstop di 20 destinasi wisata dan cagar budaya Tana Toraja, Jumat (28/4/2023). Hesti menari daro pagi hingga malam hari. 

TRIBUNTORAJA.COM, MAKALE - Hesti Yusniati menari 30 jam dalam bagian dari Toraja in Art and Culture Festival (TACF) 2023, Jumat (28/4/2023).

Penari profesional yang mendapat julukan Hesti Nona Palalangan ini membawakan tarian khas Toraja yaitu Tari Pagellu tapi telah dikreasikan.

Ia menari di 20 titik cagar budaya dan destinasi pariwisata unggulan yang ada di Kabupaten Tana Toraja (Tator).

Titik tersebut yakni Sarambu Assing, Kolesawangan, Papa Batu, Buntu Sarira', Tilanga', Kuburan Batu Lemo, Sa'pak Bayobayo, Bebo', Tumbang Datu, Suaya, Tongkonan Lea, Buntu Burake, Pango-pango, Buntu Datu, Tongkonan Sillanan, Bandara Udara, Buntu Kandora, Tarongko, Pura Tambunan Litak, dan Pasar Seni Makale.

“TACF ini berbeda. Saya berkumpul dengan teman-teman dan merencanakan festival empat bulan yang dimulai dengan tari, karena bertepatan dengan hari tari sedunia," wanita blasteran Toraja dan Ambon ini.

Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Pepatah inilah yang ingin dicapai dalam menari 30 jam ini.

Sambil menarik, Hesti ingin memperkenalkan cagar budaya sekaligus tempat wisata di Tana Toraja.

"Konsepnya itu 30 jam menari, tapi dengan model estafet untuk mengangkat cagar budaya dan pariwisata yang ada di Tana Toraja,” jelas Hesti.

Meski lama di Jakarta, Hesti mengaku kembali ke Toraja sebagai wujud kecintaannya pada tempat yang merupakan 75 persen bagian dirinya serta untuk memberi pengaruh baik bagi seni dan budaya.

Untuk TACF 2023 sendiri, ia mengaku sudah berproses selama total sembilan bulan.

“Sesuai dengan tujuan dari TACF 2023 yakni, revitalisasi, proteksi, transformasi dan inovasi seni budaya Toraja (Back to Heritage), saya melihat kebudayaan, kearifan lokal, kita mulai berangsur improve," ungkap wanita kelahiran Bandung, 27 November 1976, ini.

"Improvement dalam artian, kita mulai dewasa untuk mengelolah dengan baik warisan leluhur yang sangat luar biasa kaya dan mewariskan kepada generasi Toraja,” ungkap Hesti.

Lebih lanjut, Hesti ingin seni budaya yang ada di Toraja dimanfaatkan semaksimal mungkin dan disyukuri sebagai anugerah dari Sang Pencipta, bukan sebagai ajang eksploitasi.

“Penting untuk kita mengelolah dan merawat seni dan budaya Toraja dengan baik sebagai warisan leluhur yang dianugerahkan Tuhan, bukan malah mengabaikan dan membiarkannya punah atau bahkan maaf, hanya sebagai ajang eksploitasi,” tegas Hesti.

Hesti kemudian mengimbau agar seluruh aspek masyarakat, terkhusus pemerintah setempat untuk saling gotong-royong dalam melanggengkan seni budaya yang ada di Toraja.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved