Militer AS Tembak Jatuh Balon Mata-mata China

Hal ini mewarnai konflik dramatis antara Beijing dan Washington yang mulai memanas sejak pertengahan 2022 lalu.

Penulis: Redaksi | Editor: Donny Yosua
IST/NYP
Balon pengintai milik China ditembak jatuh Angkatan Udara AS, Sabtu (4/2/2023) siang waktu setempat. 

TRIBUNTORAJA.COM, WASHINGTON DC - Sebuah balon raksasa milik China ditembak jatuh Angkatan Udara Amerika Serikat (AS), Sabtu (4/2/2023) siang waktu setempat.

Dua jet tempur F-22 milik Angkatan Udara AS menembak jatuh balon raksasa pengintai milik China yang memasuki daerah AS.

Hal ini mewarnai konflik dramatis antara Beijing dan Washington yang mulai memanas sejak pertengahan 2022 lalu.

Balon raksasa milik pemerintah China yang dicurigai sebagai alat mata-mata ditembak jatuh oleh militer AS dengan rudal supersonik air to air AIM-9X dari jet tempur F-22.

“Kami berhasil melumpuhkan balon itu menggunakan Jet militer AS F-22 serta misil AIM-9X yang ditembak dari pangkalan udara di Virginia pada Sabtu (4/2/2023), pukul 14.39 waktu setempat.” kata Presiden AS Joe Biden, dikutip dari NewYorkPost, Minggu (5/2/2023).

"Saya memberikan pujian untuk para pilot yang sudah menembak jatuh balon tersebut," lanjutnya.

Balon itu ditembak jatuh sekitar 6 mil dari dari Pangkalan Angkatan Udara Langley di Virginia, setelah berhari–hari mengudara di atas laut lepas pantai AS hingga mengganggu aktivitas penerbangan di tiga bandara terbesar di wilayah South Carolina yakni bandara Wilmington, Myrtle Beach dan Charleston.

Balon pertama kali memasuki wilayah udara AS pada 28 Januari kemudian pindah ke wilayah udara Kanada pada 30 Januari.

 

 

Namun tak berselang lama balon udara tersebut kembali masuk ke wilayah udara AS pada 31 Januari.

Meski pemerintah China dengan tegas membantah tuduhan AS dengan menyebut bahwa balon udara tersebut merupakan balon penelitian cuaca bukan mata-mata.

Namun hal tersebut tak lantas membuat pejabat AS percaya. AS menuding balon itu sengaja digunakan China untuk mengawasi situs-situs strategis di daratan Amerika Serikat.

Sebelum insiden penembakan terjadi, presiden Joe Biden telah memerintahkan China untuk menarik mundur balon udaranya dari wilayah Amerika, namun perintah tersebut tak kunjung direspon oleh China.

Hal tersebut yang akhirnya mendorong Biden memberi lampu hijau bagi kementerian pertahanan Amerika untuk menjatuhkan balon itu dengan aman di atas perairan teritorial AS.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved