Massempe

Mengenal Tradisi Massempe, Olahraga Adu Kaki yang Masih Dipertahankan di Kabupaten Bone

Suara riuh mereka terdengar penuh semangat. Layaknya memberi dukungan di laga pertandingan antar Maroko melawan Portugal.

Penulis: Redaksi | Editor: Muh. Irham
Tribun Timur/Noval Kurniawan
Suasana pertarungan Massempe di Kelurahan Otting, Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Selasa (13/12/2022). 

TRIBUNTORAJA.COM - Sekumpulan orang berkumpul mengitari lapangan hijau. Di antara kumpulan orang itu, ada beberapa yang ditokohkan. Yakni Camat Tellu Siattinge, Andi Kusayyeng dan anggota DPRD Bone, Andi Akhiruddin.

Suara riuh mereka terdengar penuh semangat. Layaknya memberi dukungan di laga pertandingan antar Maroko melawan Portugal.

Namun sayangnya mereka tidak hadir untuk itu.

Mata tiap orang di pinggir lapangan hijau itu fokus tertuju pada dua orang di tengah lingkaran mereka.

Dua orang itu terlihat semangat beradu kaki, bak dua ayam jantan yang sedang disawung.

Itu adalah Massempe (Adu kaki). Sebuah tradisi mengandalkan kekuatan kaki. Kegiatan ini dilakukan oleh kaum laki-laki di Kabupaten Bone.

Pada pertandingan Massempe ini, mereka tidak boleh menggunakan tangan.

Tradisi itu sudah turun temurun dilakukan di Bumi Arung Palakka sejak ratusan tahun lalu.

Biasanya dilakukan saat panen padi usai digelar.

Itu sebagai bentuk syukur mereka kepada sang Khalid atas panen yang berlimpah ruah. Juga sebagai ajang penyambung silaturahmi.

Biasanya, saat pertarungan akan dimulai. Para jawara kampung akan keliling arena lebih dulu.

Bukan sekadar keliling. Mereka juga menepuk tangan. Tanda sedang mencari lawan.

Itulah yang dilakukan para jawara kampung di Kelurahan Otting, Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Selasa (13/12/2022).

"Tradisi Massempe ini dipimpin dua orang wasit sehingga jika salah seorang peserta ada yang berbuat curang, maka kedua wasit cepat bertindak," kata Lurah Otting, Andi Erwin Baso.

Melerai kedua peserta, dengan cara mendekap. Kemudian menjauhkan dari lawannya.

Usai bertarung, para peserta akan berjabat tangan. Itu setelah mereka dipandu oleh kedua wasit.

Tujuannya sederhana. Tapi maknanya dalam.

"Sehingga ketika acara sudah bubar, tidak ada rasa dendam di antara para peserta," ujarnya. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved